![]() | ![]() |

Cara Menonton Film Di Situs Kami
- Klik "SKIP TRAILER" untuk melewati trailer.
- Klik tombol ▶️ pada player untuk memulai film.
- Gunakan Server 2 atau 3 jika player lambat.
- Bookmark situs kami agar mudah diakses kembali.
Nonton Ben & Lacy (2023) Sub Indo - iLK21 Ganool

Ben dan Lacy bertemu di sebuah pesta. Mereka langsung merasa tertarik satu sama lain. Mereka mulai berkencan dan mereka semakin jatuh cinta.
Namun, hubungan mereka tidak berjalan mulus. Keluarga Ben tidak menyetujui hubungannya dengan Lacy. Mereka merasa bahwa Lacy tidak cocok untuk Ben.
Tonton juga film: Being (2019) iLK21
Ini juga keren: Nonton Respite 2020 - Nonton School Of Rock 2003 - Nonton Titanic 1997 - Nonton Jujutsu Kaisen 0 The Movie 2021 - Nonton Detention 2019
Ulasan untuk Ben & Lacy (2023)
Ulasan Film: Ben & Lacy (2023) Memulai pengalaman menonton film, apalagi film independen, seringkali seperti membuka kotak kejutan. Terkadang kita menemukan permata yang tak terduga, namun di lain waktu, kita berhadapan dengan karya yang mungkin masih berjuang menemukan identitasnya. "Ben & Lacy (2023)" adalah salah satu contoh dari kategori kedua, sebuah film yang, sayangnya, gagal meninggalkan kesan yang mendalam dan kohesif, bahkan setelah mencoba menelusuri lapisan-lapisan naratifnya. Meskipun memiliki judul yang menjanjikan sebuah kisah personal tentang dua individu, eksekusi keseluruhan terasa kurang matang dan sulit untuk dijangkau penonton. Sejak awal, suasana visual film ini terasa cukup ambivalen. Ada momen-momen di mana sinematografi mencoba untuk menciptakan atmosfer intim, mungkin dengan permainan cahaya yang lembut atau komposisi gambar yang fokus pada ekspresi. Namun, kesan itu seringkali terputus-putus. Kualitas visual secara umum cenderung datar, kurang dinamika yang bisa membangun mood atau menegaskan emosi yang seharusnya dirasakan. Latar belakang seringkali terasa sekadar ada, tidak benar-benar berfungsi sebagai bagian integral dari cerita atau bahkan sebagai refleksi kondisi karakter. Palet warna yang digunakan pun terasa hambar, tidak ada kontras yang menarik atau pilihan warna yang berani yang bisa membuat adegan terasa lebih hidup atau berkesan. Hasilnya, meskipun ada upaya untuk menciptakan kedekatan visual, seluruh tampilan film terasa kurang "bernyawa" dan gagal menarik perhatian secara konsisten. Tensi cerita, atau lebih tepatnya ketiadaan tensi, adalah salah satu kelemahan paling mencolok dari "Ben & Lacy." Sepanjang durasi film, sulit sekali menemukan alur penceritaan yang mengalir atau ketegangan yang berhasil membangun ekspektasi. Narasi bergerak dengan tempo yang sangat lambat, namun tanpa tujuan yang jelas, sehingga terasa lebih seperti sebuah rangkaian adegan yang terputus-putus daripada sebuah kisah yang koheren. Konflik yang mungkin ada di balik permukaan sangat sulit untuk ditangkap, membuat penonton bertanya-tanya apa sebenarnya yang dipertaruhkan oleh para karakter. Tidak ada momen klimaks yang berarti, tidak ada perkembangan emosional yang terasa otentik, dan pada akhirnya, film ini terasa hambar dan tanpa arah. Penulis skenario tampaknya kesulitan dalam merangkai adegan-adegan menjadi sebuah jalinan cerita yang utuh dan mampu menarik perhatian. Kualitas akting seringkali menjadi jangkar bagi film yang mungkin memiliki kekurangan di aspek lain. Namun, dalam "Ben & Lacy," performa para aktor utama pun terasa bervariasi dan tidak selalu berhasil mengangkat kualitas film. Carolyn Trahan berperan dalam sebuah peran yang menuntut kedalaman emosi, namun sayangnya, penampilannya terasa kurang meyakinkan. Ada usaha untuk menampilkan kesedihan atau kerentanan, tetapi ekspresi yang ditunjukkan seringkali terasa kaku dan kurang alami. Sulit untuk merasakan apa yang sebenarnya dirasakan karakternya, karena gestur dan dialognya tidak selalu sinkron dengan emosi yang seharusnya disampaikan. Terkadang terasa seperti ia sedang membaca naskah daripada benar-benar menghayati situasi yang dialami karakternya. Potensi karakternya untuk menjadi pusat gravitasi emosional film ini sayangnya tidak berhasil tergali secara maksimal oleh penampilannya. Kemudian ada Michael Shacket, yang tampil dalam peran yang, serupa dengan lawan mainnya, membutuhkan jangkauan emosi yang cukup kompleks. Shacket menunjukkan sedikit lebih banyak keleluasaan dalam menyampaikan nuansa, terutama dalam adegan-adegan yang lebih tenang. Namun, ia juga seringkali terlihat kesulitan dalam menemukan ritme yang pas untuk karakternya. Beberapa dialognya terasa hambar, dan interaksinya dengan karakter lain tidak selalu terasa organik. Ada momen di mana ia tampak berusaha keras, tetapi upaya itu tidak selalu menghasilkan penampilan yang meyakinkan atau konsisten. Ada kesan bahwa ia berjuang untuk menemukan inti emosional karakternya dan bagaimana cara menyampaikannya kepada penonton. Terakhir, Morgan Overley muncul dalam sebuah peran yang mungkin lebih minor tetapi tetap penting untuk dinamika cerita. Penampilannya bisa dibilang yang paling natural di antara ketiganya, meskipun karakternya tidak memiliki banyak ruang untuk pengembangan. Ia berhasil menyampaikan esensi karakternya dengan sederhana, namun efektif, bahkan dalam adegan-adegan singkat. Namun, keterbatasan naskah dan kurangnya arahan yang jelas untuk karakternya membuat penampilannya, meskipun cukup baik, tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan keseluruhan film. Overley menunjukkan potensi, tetapi film ini tidak memberikan kesempatan yang cukup baginya untuk bersinar penuh. Secara keseluruhan, kontribusi akting mereka dalam film ini, sayangnya, belum mampu mengangkat kualitas "Ben & Lacy" secara signifikan. Meskipun ada upaya dari masing-masing aktor, terutama Morgan Overley, kurangnya kedalaman naskah, arahan yang tidak solid, dan interaksi yang terasa canggung antar karakter membuat performa mereka tidak bisa bersinergi dengan baik untuk menciptakan pengalaman sinematik yang kuat. Akting mereka terasa terisolasi dan gagal membangun jembatan emosional yang dibutuhkan untuk menghubungkan penonton dengan kisah atau karakter-karakternya. Tema besar yang mungkin ingin diangkat oleh film ini tampaknya berkisar pada hubungan antarmanusia, pencarian makna, atau mungkin perjuangan personal dalam menghadapi kesulitan hidup. Judul "Ben & Lacy" sendiri mengindikasikan fokus pada dinamika antara dua individu ini. Namun, karena penceritaan yang tidak jelas dan pengembangan karakter yang dangkal, tema-tema tersebut hanya terasa seperti ide-ide yang melayang-layang tanpa pernah benar-benar mendarat. Film ini gagal menyampaikan pesan yang koheren atau membuat penonton peduli terhadap takdir karakternya. Potensi untuk mengeksplorasi kedalaman emosi atau kompleksitas hubungan hanya terasa sebagai sebuah kesempatan yang terlewatkan. Pada akhirnya, "Ben & Lacy (2023)" adalah film yang mungkin memiliki niat baik, namun eksekusinya meninggalkan banyak hal yang perlu diperbaiki. Dari visual yang kurang menarik, tensi cerita yang absen, hingga performa akting yang belum maksimal, film ini kesulitan untuk menemukan pijakannya dan gagal memberikan pengalaman menonton yang memuaskan atau berkesan. Sebuah upaya yang terasa belum selesai dan kurang matang. Skor akhir: 3.5/10
Sumber film: Ben & Lacy (2023)
Actors:Carolyn Trahan, Michael Shacket, Morgan Overley
Directors:Michael Shacket