Nonton Lying to Be Perfect (2010) Sub Indo Rating 5.8 – IDLIX

Rated: 5.8 / 10

Original Title : Lying to Be Perfect

5.8 2484

Nola Devlin adalah seorang editor majalah yang sederhana dan norak, sering diabaikan dan diejek oleh rekan kerjanya. Namun, ketika berada di balik layar komputernya yang anonim, ia berubah menjadi kolumnis saran terkenal bernama Belinda Apple. Teman-teman Nola, yang lelah dengan pekerjaan berlebihan dan kelebihan berat badan, bersatu untuk membuat Cinderella Pact, berjanji untuk menurunkan berat badan dengan mengikuti saran Belinda Apple.

Ketika identitas rahasianya terancam, Nola terpaksa mengikuti saran alter egonya sendiri. Tetapi, saat kelompok teman-teman itu menurunkan berat badan, masalah mereka yang sebenarnya terungkap, dan perubahan hidup yang lebih baik dari yang diharapkan mulai bermekaran.

Tonton juga film: The Perfect Score (2004) iLK21

Ini juga keren: Nonton Downsizing 2017 - Nonton The Music Of Silence 2017 - Nonton Percy Jackson The Olympians The Lightning Thief 2010 - Nonton Robust 2021 - Nonton Eega 2012

Ulasan untuk Lying to Be Perfect (2010)

✍️ Ditulis oleh Bima Saputra

Mengupas "Lying to Be Perfect" (2010) adalah seperti membuka lembaran kisah yang tak asing lagi di telinga para penggemar film televisi: intrik di balik upaya manusia untuk terlihat sempurna. Film ini dengan cerdik mengajak kita menyelami sebuah premis yang menarik: apa jadinya jika seseorang membangun hidupnya di atas kebohongan, berusaha tampil sempurna di mata dunia, namun di baliknya ada rahasia yang kapan saja bisa terungkap? Premis ini, yang sering kali menjadi inti dari drama romantis ringan, diolah dengan sentuhan yang membuat penonton betah mengikuti setiap dilema yang disajikan. Dari segi suasana visual, "Lying to Be Perfect" menampilkan estetika yang cukup khas untuk film televisi di era tersebut. Gambar yang terang, palet warna yang hangat, dan tata artistik yang cenderung realistis membuat film ini terasa akrab dan nyaman untuk ditonton. Tidak ada yang terlalu mencolok atau eksperimental, melainkan menawarkan keindahan yang fungsional dan mendukung narasi. Latar tempat yang dipilih, entah itu kantor yang sibuk, kafe yang nyaman, atau apartemen yang apik, semuanya terasa pas dan berkontribusi menciptakan dunia di mana karakter-karakter ini berjuang dengan pilihan hidup mereka. Suasana visual ini membantu kita meresapi dilema karakter utama, seolah kita juga berada di tengah-tengah tekanan dan ekspektasi yang mereka hadapi. Sementara itu, tensi cerita terbangun secara perlahan namun pasti. Film ini tidak mengandalkan *twist* dramatis atau kejutan besar. Sebaliknya, ketegangan utama berasal dari antisipasi kapan kebenaran akan terungkap, dan bagaimana karakter utama akan menghadapi konsekuensi dari pilihannya. Ada semacam ketegangan ringan yang terus mendominasi, seperti benang tipis yang ditarik kencang, menahan napas penonton menantikan momen-momen krusial. Ini adalah jenis tensi yang tidak membuat jantung berdebar kencang, melainkan membuat kita tersenyum kecut atau menghela napas prihatin melihat karakter terjebak dalam jaring kebohongannya sendiri. Konflik internal dan eksternal disajikan dengan cukup seimbang, menjaga alur cerita tetap mengalir tanpa terasa terburu-buru. Sekarang, mari kita bedah satu per satu kualitas akting dari para pemain utama yang menjadi nyawa film ini. Pertama, Adam Kaufman. Dalam perannya, Kaufman berhasil menghadirkan sosok yang memancarkan kharisma yang menenangkan dan dapat dipercaya. Ia memiliki kemampuan untuk memerankan karakter dengan kedalaman emosi yang tidak terlalu dramatis, namun tetap terasa nyata dan tulus. Ekspresi wajahnya sering kali menjadi cerminan dari kecerdasan dan kebaikan hati, membuat penonton mudah bersimpati padanya. Ia mampu menyampaikan nuansa ketegasan sekaligus kelembutan, menciptakan sosok yang ideal sebagai penyeimbang bagi karakter utama yang sedang menghadapi kekacauan. Performanya terasa natural dan tidak berlebihan, memberikan pondasi yang kokoh bagi dinamika hubungan antar karakter. Berikutnya, Michelle Harrison. Akting Harrison menambahkan lapisan realisme dan daya tarik pada film ini. Ia mampu memerankan karakter yang memberikan dukungan emosional atau bahkan konflik yang berarti tanpa mencuri perhatian dari alur utama. Ada semacam kejujuran dalam pembawaannya, membuat setiap dialog atau interaksinya terasa otentik. Ia bisa menghadirkan humor di satu sisi, dan kedalaman emosi di sisi lain, memberikan dimensi yang kaya pada perannya. Harrison berhasil menciptakan karakter yang mudah diingat dan relevan dengan narasi, entah itu sebagai sahabat yang setia atau rekan kerja yang penuh tantangan, ia selalu berhasil meninggalkan kesan. Terakhir, dan mungkin yang paling sentral, adalah Poppy Montgomery. Montgomery adalah poros emosional dari "Lying to Be Perfect." Ia membawa karakternya dengan perpaduan kehangatan, kecerdasan, dan kerentanan yang membuat penonton tidak hanya memahami, tetapi juga merasakan perjuangan yang dihadapinya. Kemampuannya untuk menampilkan sisi komedi sekaligus sisi dramatis dari karakternya sangat menonjol. Kita bisa melihat bagaimana ia dengan lihai menyembunyikan kebenaran di balik senyum manisnya, namun pada saat yang sama, tatapan matanya mengungkapkan beban yang ia pikul. Perjuangan internalnya untuk menjaga citra sempurna sekaligus merindukan keaslian adalah inti dari performa Montgomery, dan ia melakukannya dengan sangat meyakinkan. Ia membuat kita bersimpati pada karakter yang secara moral mungkin melakukan kesalahan, karena kita merasakan beratnya tekanan yang ia rasakan. Secara keseluruhan, kontribusi akting mereka sangat vital bagi kesuksesan film ini. Poppy Montgomery membawa beban emosional dan naratif, membuat karakter utamanya terasa otentik dan mudah dihubungkan. Adam Kaufman memberikan fondasi yang stabil dan karismatik, seringkali menjadi kompas moral atau sumber kehangatan. Sementara itu, Michelle Harrison melengkapi pemeran utama dengan kehadiran yang kuat, menambahkan tekstur pada hubungan dan konflik dalam cerita. Ketiganya bersinergi dengan baik, menciptakan ansambel yang padu yang membuat penonton percaya pada dinamika antar karakter dan sepenuhnya tenggelam dalam alur cerita. Tanpa akting yang solid ini, pesan dan drama yang ingin disampaikan film ini mungkin tidak akan seefektif ini. Tema besar yang diusung "Lying to Be Perfect" sangat relevan dengan kehidupan modern, di mana citra dan persepsi sering kali lebih diutamakan daripada kenyataan. Film ini secara lugas membahas tentang tekanan untuk mencapai kesempurnaan, baik itu dalam karier, penampilan fisik, maupun kehidupan sosial. Ini adalah kisah tentang bahaya hidup dalam kebohongan, bagaimana satu kebohongan kecil bisa menumpuk menjadi gunung masalah, dan dampaknya terhadap jati diri dan hubungan seseorang. Film ini mempertanyakan nilai-nilai keaslian dan kejujuran, serta bagaimana keberanian untuk menjadi diri sendiri, dengan segala kekurangan dan ketidaksempurnaan, adalah kunci menuju kebahagiaan sejati. Ini adalah pengingat bahwa kebahagiaan yang dibangun di atas kepalsuan tidak akan pernah langgeng, dan bahwa penerimaan diri adalah langkah pertama menuju kehidupan yang berarti. "Lying to Be Perfect" mungkin bukan sebuah mahakarya sinematik yang akan mengubah pandangan Anda tentang dunia, namun ia adalah tontonan yang menghibur dan memiliki pesan yang kuat. Film ini adalah contoh klasik dari drama romantis ringan yang dieksekusi dengan baik, cocok untuk Anda yang mencari kisah yang mudah dicerna namun tetap memiliki kedalaman emosional. Ia berhasil menyampaikan esensinya tanpa menjadi terlalu klise, menawarkan hiburan yang menyenangkan dengan sentuhan moral yang bijak. Skor akhir: 6.8 dari 10
Sumber film: Lying to Be Perfect (2010)

Genre:Comedy, TV Movie

Actors:Adam Kaufman, Michelle Harrison, Poppy Montgomery

Directors:Gary Harvey

Duration: 89 min Min

TMDB Rated: 5.8 / 2484

Release Date: 2010-06-07

Countries:Canada, United States