Aktor Rick Smiley Dolphin mendapatkan ketenaran dan kekayaan dengan bermain dalam film triple X, namun sekarang ia berjuang untuk menemukan pekerjaan yang berarti di Hollywierd. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya menjilat permen lolipop dengan Cliff Power Boost, sahabatnya yang santai dan pengganti tubuh seksualnya yang sudah lama. Rick juga kebetulan tinggal di sebelah anak Roman […]
Luxury138Luxury138
ilk21 film
Cara Menonton Film Di Situs Kami
  • Klik "SKIP TRAILER" untuk melewati trailer.
  • Klik tombol ▶️ pada player untuk memulai film.
  • Gunakan Server 2 atau 3 jika player lambat.
  • Bookmark situs kami agar mudah diakses kembali.

Nonton Once Upon a Time in… Hollywierd (2022) Sub Indo - iLK21 Ganool

IMDB Rated: N/A / 10
Original Title : Once Upon a Time in... Hollywierd
N/A N/A

Aktor Rick Smiley Dolphin mendapatkan ketenaran dan kekayaan dengan bermain dalam film triple X, namun sekarang ia berjuang untuk menemukan pekerjaan yang berarti di Hollywierd. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya menjilat permen lolipop dengan Cliff Power Boost, sahabatnya yang santai dan pengganti tubuh seksualnya yang sudah lama. Rick juga kebetulan tinggal di sebelah anak Roman Polanowski dan Shannon Tattoo – seorang bintang porno lainnya dan aktris yang menjanjikan yang masa depannya akan selamanya terpengaruh oleh anggota Charlie Don’t Even Mention dan Keluarganya.

Ulasan untuk Once Upon a Time in… Hollywierd (2022)

✍️ Ditulis oleh Raka Pratama

Judul yang memikat sekaligus membingungkan, "Once Upon a Time in… Hollywierd (2022)," secara instan menarik perhatian. Sejak awal, film ini telah menetapkan dirinya bukan sebagai kisah Hollywood yang biasa kita dengar, melainkan sebuah dekonstruksi yang satir, gelap, dan mungkin sedikit mengganggu terhadap mesin mimpi terbesar di dunia. Kata "Hollywierd" itu sendiri adalah sebuah deklarasi, menjanjikan kita sebuah perjalanan ke sisi Hollywood yang lebih aneh, lebih gila, dan mungkin lebih jujur dari yang kita kira. Sebagai penonton, saya merasa diajak untuk mengintip tirai beludru yang menyembunyikan keglamoran palsu, dan menghadapi kenyataan yang terpelintir. Dari segi visual, "Once Upon a Time in… Hollywierd" berhasil membangun suasana yang tak terlupakan. Sutradara seolah memahami betul bagaimana mengolah kontras antara gemerlap permukaan Hollywood dengan kekotoran di baliknya. Kita disuguhi pemandangan yang indah namun seringkali terasa hampa, set yang megah tapi berkesan artifisial, dan pencahayaan yang bermain-main dengan bayangan, menciptakan aura misterius sekaligus mencekam. Estetika film ini cenderung menggabungkan unsur klasik dengan sentuhan surealisme modern, membuat setiap adegan terasa seperti lukisan yang gelap dan berani. Suasana visual ini sangat efektif dalam mendukung narasi yang ingin disampaikan: sebuah dunia di mana batas antara realitas dan fantasi menjadi kabur, dan impian bisa dengan mudah berubah menjadi mimpi buruk. Tensi cerita di film ini dibangun dengan sangat cerdik. Alih-alih mengandalkan adegan aksi atau plot twist yang eksplosif, "Once Upon a Time in… Hollywierd" justru merajut ketegangan secara perlahan melalui atmosfer dan interaksi karakter. Ada rasa gelisah yang konstan, seperti firasat buruk yang mengendap-endap di setiap sudut layar. Ketegangan psikologis ini berasal dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul: apa sebenarnya yang terjadi di balik pintu tertutup studio? Seberapa jauh seseorang akan pergi untuk meraih ketenaran? Dan apa harga yang harus dibayar untuk itu? Pacing film ini terasa disengaja, memungkinkan penonton untuk sepenuhnya tenggelam dalam keanehan yang disajikan, merasakan setiap lapis ketidaknyamanan yang tumbuh seiring berjalannya cerita. Tentu saja, kekuatan utama yang menopang fondasi film yang unik ini adalah performa akting para pemainnya. Jon Deline adalah salah satu aktor yang selalu berhasil membawa kedalaman dan kompleksitas pada setiap perannya, dan di "Hollywierd," ia kembali menunjukkan kemampuannya. Deline tampak sangat nyaman dalam memerankan karakter yang mungkin berada di ambang kewarasan, atau setidaknya, sangat terbebani oleh ambisi dan realitas pahit. Ia mampu mengekspresikan spektrum emosi yang luas—dari karisma yang memikat hingga kerapuhan yang menyedihkan—tanpa perlu banyak dialog. Penampilannya terasa otentik dan membumi, bahkan di tengah-tengah kegilaan yang disajikan film, menjadikannya jangkar emosional yang kuat bagi narasi yang berliku ini. Ia membuat kita percaya pada "kewierdan" karakter yang ia perankan. Kemudian ada Mikael Mattsson, yang memberikan sentuhan intensitas yang berbeda. Mattsson memiliki karisma yang menarik, dan ia menggunakannya untuk menghadirkan karakter yang mungkin menyimpan banyak rahasia atau memiliki motif tersembunyi. Aktingnya seringkali halus namun penuh makna, mampu menyampaikan banyak hal hanya melalui tatapan mata atau bahasa tubuhnya. Ia berhasil menciptakan sosok yang misterius namun memikat, seringkali menjadi cerminan dari sisi gelap Hollywood itu sendiri—kuat, tak terduga, dan kadang menakutkan. Kontribusinya sangat penting dalam membangun nuansa teka-teki dan ketidakpastian dalam cerita. Terakhir, Sarah Williams menampilkan performa yang kuat dan memorable. Williams dikenal dengan kemampuannya untuk memerankan karakter yang tangguh namun rentan, dan di film ini, ia mengaplikasikan kualitas tersebut dengan sangat efektif. Ia mungkin mewakili suara nalar atau justru seseorang yang perlahan terseret dalam pusaran kekacauan. Penampilannya di "Hollywierd" menunjukkan kemampuan aktingnya yang solid dalam menavigasi emosi yang kompleks, dari harapan yang polos hingga keputusasaan yang mendalam. Ia memberikan dimensi kemanusiaan yang krusial, membuat penonton bersimpati pada perjuangan karakternya di tengah kegilaan yang ada. Secara keseluruhan, kontribusi akting dari Jon Deline, Mikael Mattsson, dan Sarah Williams sangat esensial bagi kesuksesan "Once Upon a Time in… Hollywierd." Mereka bukan hanya memerankan karakter, tetapi juga menjadi arsitek emosi dan suasana film. Kemampuan mereka untuk menghidupkan dunia yang "aneh" ini, membuat karakter-karakter yang mungkin karikatural terasa nyata dan relevan, adalah kunci. Mereka berhasil menyeimbangkan elemen satir dengan drama, membuat pesan film terasa lebih kuat tanpa terasa menggurui. Akting mereka yang solid memastikan bahwa di balik semua keganjilan, ada inti kemanusiaan yang dapat kita hubungkan. Tema besar yang diusung oleh "Once Upon a Time in… Hollywierd" sangat relevan dengan judulnya. Film ini secara blak-blakan menyoroti ilusi vs. realitas dalam industri hiburan, harga yang harus dibayar untuk ketenaran, dan sisi gelap ambisi. Ini adalah sebuah cerminan tentang bagaimana impian bisa dimanipulasi, idealisme bisa terkikis, dan identitas bisa hilang di balik gemerlap lampu sorot. Film ini seolah mengajak kita merenungkan pertanyaan fundamental: apakah semua yang berkilau itu emas, ataukah di balik kemilau ada jurang yang mengerikan? "Hollywierd" tidak ragu-ragu untuk menunjukkan sisi yang tidak pernah ingin kita lihat, menjadikannya sebuah kritik sosial yang tajam dan menghibur. Pada akhirnya, "Once Upon a Time in… Hollywierd" adalah film yang berani, provokatif, dan sangat unik. Ia mungkin bukan untuk semua orang, tetapi bagi mereka yang menghargai sinema yang berani bereksperimen dengan bentuk dan konten, film ini menawarkan pengalaman yang berkesan. Film ini berhasil membangun dunia yang memikat, menghadirkan karakter yang mendalam, dan menyampaikan pesan yang kuat tentang sisi lain dari "pabrik mimpi." Ini adalah film yang akan membuat Anda berpikir lama setelah lampu bioskop menyala kembali. Nilai: 5.5/10
Sumber film: Once Upon a Time in… Hollywierd (2022)

Duration: 135 min Min

TMDB Rated: N/A / N/A

Release Date: 2022-06-10

Countries: