“ECSTASY” adalah sebuah komedi romantis gelap yang diadaptasi dari buku kontroversial berjudul “Ecstasy” karya Irvine Welsh. Buku “Ecstasy” telah diterjemahkan ke 20 bahasa dan menjadi best-seller di lebih dari 20 negara. Buku pertama Mr. Welsh, “Trainspotting”, yang diterbitkan pada tahun 1993 dan terpilih oleh Waterstone, jaringan toko buku terbesar di Eropa, sebagai salah satu dari […]
Luxury138Luxury138
Cara Menonton Film Di Situs Kami
  • Klik "SKIP TRAILER" untuk melewati trailer.
  • Klik tombol ▶️ pada player untuk memulai film.
  • Gunakan Server 2 atau 3 jika player lambat.
  • Bookmark situs kami agar mudah diakses kembali.

Streaming Ecstasy (2011) Rating 5.0 – IDLIX

IMDB Rated: 5.0 / 10
Original Title : Ecstasy
5.0 1904

“ECSTASY” adalah sebuah komedi romantis gelap yang diadaptasi dari buku kontroversial berjudul “Ecstasy” karya Irvine Welsh. Buku “Ecstasy” telah diterjemahkan ke 20 bahasa dan menjadi best-seller di lebih dari 20 negara. Buku pertama Mr. Welsh, “Trainspotting”, yang diterbitkan pada tahun 1993 dan terpilih oleh Waterstone, jaringan toko buku terbesar di Eropa, sebagai salah satu dari Sepuluh Buku Terbaik Abad Ini, terjual lebih dari 1 juta eksemplar di Inggris saja dan memiliki kisah sukses tersendiri dalam dunia perfilman.

Ulasan untuk Ecstasy (2011)

✍️ Ditulis oleh Fajar Nugroho

### "Ecstasy (2011)": Sebuah Perjalanan Menjelajahi Batasan Diri dan Hubungan Film "Ecstasy (2011)" adalah sebuah pengalaman sinematik yang mencoba menggali kompleksitas kehidupan modern, khususnya di tengah budaya hedonisme dan pencarian jati diri yang tak berujung. Diadaptasi dari karya Irvine Welsh, film ini membawa kita ke dalam pusaran emosi, keputusan berani, dan konsekuensi tak terduga yang membentuk perjalanan karakter-karakternya. Sebagai penonton, saya merasa diajak untuk merenungkan makna kebahagiaan sejati dan harga yang harus dibayar untuk sebuah pelarian. Dari awal hingga akhir, film ini memiliki suasana visual yang menarik. Ada kontras yang jelas antara gemerlapnya kehidupan malam, dengan warna-warni neon dan energi yang membakar, dan momen-momen yang lebih intim, sunyi, atau bahkan kelam. Visualisasi ini berhasil menangkap dualitas dunia yang ingin digambarkan: daya tarik dari euforia sesaat melawan realitas yang seringkali pahit. Penggunaan pencahayaan dan sinematografi mampu menciptakan atmosfer yang mendukung alur cerita, kadang terasa memabukkan, kadang terasa melankolis, dan selalu mencerminkan kondisi batin para tokohnya. Transisi antara adegan-adegan yang penuh energi dan yang lebih tenang terasa mengalir, meskipun terkadang ada kesan sedikit terburu-buru dalam perpindahan mood-nya. Tensi cerita dalam "Ecstasy" terasa naik turun, seperti roller coaster emosi. Film ini memang tidak menawarkan ketegangan ala *thriller*, namun lebih pada ketegangan psikologis dan emosional yang muncul dari konflik internal para karakter serta dinamika hubungan mereka. Ada momen-momen yang terasa ringan dan penuh semangat, terutama di awal saat para karakter masih tenggelam dalam pencarian kesenangan. Namun, seiring berjalannya waktu, tensi mulai terbangun melalui keputusan-keputusan yang berisiko, kerentanan yang terungkap, dan tekanan dari lingkungan sekitar. Puncaknya terasa saat konsekuensi dari gaya hidup yang dipilih mulai menampakkan wujudnya, memaksa karakter untuk menghadapi kenyataan. Meski demikian, ada beberapa bagian di mana tensi terasa sedikit mengendur, dan butuh waktu untuk kembali membangun intensitasnya. Kualitas akting menjadi salah satu pilar penting dalam film ini, terutama dari para pemeran utamanya. Mereka berhasil menghidupkan karakter-karakter yang kompleks dan multi-dimensi. Pertama, Adam Sinclair. Ia memerankan sosok yang berada di jantung segala kekacauan dan pencarian. Aktingnya dalam film ini sangat meyakinkan dalam menggambarkan seseorang yang awalnya terbuai oleh gaya hidup serba cepat, penuh pesta, dan euforia. Ia berhasil menunjukkan karisma sekaligus kerentanan, membuat kita percaya pada perjalanannya dari seseorang yang tampak tak peduli menjadi pribadi yang mulai dihadapkan pada krisis eksistensial. Ekspresi wajah dan bahasa tubuhnya sangat efektif dalam menyampaikan perubahan emosi yang drastis, dari kegembiraan yang meluap hingga kekosongan dan keputusasaan. Kemudian, Carlo Rota. Ia memberikan performa yang solid dan memberikan sentuhan kedalaman pada karakternya. Perannya terasa seperti jangkar yang membawa elemen realitas dan konsekuensi ke dalam narasi. Aktingnya seringkali tenang namun penuh otoritas, dan ia mampu menyampaikan kebijaksanaan, ancaman, atau bahkan kepedulian tanpa harus berlebihan. Kehadirannya di layar terasa signifikan, memberikan dimensi yang berbeda dalam interaksi antar karakter dan seringkali menjadi pemicu untuk pengembangan cerita lebih lanjut. Ia berhasil membangun karakter yang terasa otentik dan memiliki bobot tersendiri. Terakhir, Kristin Kreuk. Ia berhasil memerankan sosok yang menjadi titik balik emosional dalam cerita. Aktingnya memancarkan kehangatan dan kepekaan, menjadi kontras yang dibutuhkan dari dunia yang serba cepat dan kadang tanpa arah. Ia menunjukkan kemampuan yang baik dalam menyampaikan emosi yang kompleks, dari harapan, kasih sayang, hingga kekecewaan dan keraguan. Perannya tidak hanya sebagai pendamping, tetapi juga sebagai kekuatan pendorong yang memicu sang karakter utama untuk merenungkan kembali pilihan hidupnya. Ada kedalaman emosi yang ia tampilkan, membuat karakternya terasa manusiawi dan mudah dihubungkan dengan penonton. Secara keseluruhan, kontribusi akting mereka sangat vital bagi keberhasilan film ini. Adam Sinclair membawa kita masuk ke dalam kekacauan dan perubahan, Carlo Rota memberikan bobot realitas dan konsekuensi, sementara Kristin Kreuk menawarkan harapan dan inti emosional. Ketiga aktor ini berhasil membangun dinamika yang meyakinkan, membuat hubungan antar karakter terasa nyata dan perjuangan mereka menjadi relevan. Akting mereka yang kuat membantu menopang narasi yang kadang berani, kadang ambigu, dan membuat kita tetap peduli dengan nasib para karakter, meskipun alur cerita tidak selalu mulus. Tema besar yang diusung oleh "Ecstasy" adalah tentang pencarian kebahagiaan dan makna hidup di tengah hingar-bingar dunia modern. Film ini mengeksplorasi tema pelarian, baik melalui narkoba maupun hubungan personal, sebagai upaya untuk mengisi kekosongan batin. Ia mempertanyakan apakah kebahagiaan sejati dapat ditemukan dalam euforia sesaat atau justru dalam koneksi manusia yang lebih dalam dan tulus. Selain itu, film ini juga membahas tentang konsekuensi dari pilihan hidup yang ekstrem, perjuangan untuk menemukan identitas di tengah tekanan sosial, dan kekuatan cinta (atau obsesi) sebagai pendorong perubahan. Ini adalah kisah tentang jatuh bangun, tentang mencari cahaya di tengah kegelapan, dan tentang keberanian untuk menghadapi kenyataan, sekecil apa pun harapan yang tersisa. "Ecstasy" mungkin bukan film yang sempurna, namun ia menawarkan pandangan yang jujur dan mentah tentang perjuangan individu di tengah budaya yang penuh godaan. Visualnya yang khas dan akting para pemeran utama yang meyakinkan berhasil menyampaikan pesan-pesannya, meskipun kadang terasa kurang kohesif di beberapa bagian. Film ini adalah perjalanan yang patut dicermati bagi mereka yang tertarik dengan kisah-kisah tentang pencarian jati diri dan efek dari pilihan hidup yang tak terduga. Skor akhir: 5.6/10
Sumber film: Ecstasy (2011)

Duration: 99 min Min

TMDB Rated: 5.0 / 1904

Release Date: 2011-09-10

Countries: