Sam, seorang penulis naskah, mendadak didapuk menjadi sutradara di teater lokal setelah pendahulunya dipecat. Berjuang melewati setiap sesi latihan, Sam harus pontang-panting mengendalikan para pemainnya yang unik dan mencoba berbagai cara agar pementasan tersebut sukses. A Magical Christmas Village (2022) iLK21Ini juga keren: Nonton The Possession Of Hannah Grace 2018 - Nonton Missing Link 2019 […]
Luxury138Luxury138
Cara Menonton Film Di Situs Kami
  • Klik "SKIP TRAILER" untuk melewati trailer.
  • Klik tombol ▶️ pada player untuk memulai film.
  • Gunakan Server 2 atau 3 jika player lambat.
  • Bookmark situs kami agar mudah diakses kembali.

Nonton First Time Female Director (2023) Sub Indo - iLK21 Ganool

IMDB Rated: N/A / 10
Original Title : First Time Female Director
N/A 27

Sam, seorang penulis naskah, mendadak didapuk menjadi sutradara di teater lokal setelah pendahulunya dipecat. Berjuang melewati setiap sesi latihan, Sam harus pontang-panting mengendalikan para pemainnya yang unik dan mencoba berbagai cara agar pementasan tersebut sukses.

Ulasan untuk First Time Female Director (2023)

✍️ Ditulis oleh Ayu Kartika

## "First Time Female Director": Lebih dari Sekadar Komedi Produksi Film "First Time Female Director" (2023) datang dengan premis yang mengundang tawa sekaligus renungan: sebuah potret dunia pembuatan film dari sudut pandang yang unik, khususnya ketika sutradara perempuan mengambil alih kemudi untuk pertama kalinya. Dengan judul yang lugas dan deretan nama komedian yang menjanjikan, film ini terasa seperti tawaran menarik bagi siapa pun yang tertarik pada intrik di balik layar perfilman, lengkap dengan segala kekonyolan dan tekanannya. Tanpa perlu detail plot yang spesifik, film ini mengajak kita menyelami kompleksitas dan absurdisme yang mungkin terjadi ketika sebuah proyek film mencoba menemukan jalannya menuju layar lebar. Sejak awal, film ini berhasil menciptakan atmosfer yang terasa akrab bagi mereka yang pernah mengintip dunia produksi independen. Ada semacam estetika "do-it-yourself" yang mungkin disengaja, memberikan kesan otentik dan seringkali kocak tentang bagaimana sebuah visi artistik berbenturan dengan realitas anggaran dan sumber daya yang terbatas. Suasana visualnya mungkin tidak terlalu glamor, namun justru itu yang menjadi kekuatannya; film ini tidak mencoba menjadi sesuatu yang bukan dirinya. Ia merangkul kerapuhannya dan mengubahnya menjadi bagian integral dari narasinya. Penonton diajak melihat bagaimana lingkungan kerja yang serba mendesak dan seringkali kacau bisa menjadi lahan subur bagi humor, sekaligus tempat tumbuhnya ketegangan yang unik. Tensi cerita dalam "First Time Female Director" bukanlah jenis ketegangan yang membuat jantung berdebar kencang, melainkan lebih ke arah komedi situasi yang dibangun dari konflik kecil dan kesalahpahaman. Ketegangan ini sering muncul dari benturan ego, harapan yang tidak realistis, dan dinamika kekuasaan di lokasi syuting. Ada tekanan untuk memenuhi deadline, untuk mempertahankan visi artistik, dan untuk menjaga agar semua orang tetap waras di tengah kekacauan. Film ini dengan cerdas mengeksplorasi bagaimana tekanan-tekanan ini bisa berubah menjadi momen-momen lucu yang canggung, atau bahkan satir yang tajam. Ia menunjukkan bagaimana proses kreatif bisa menjadi medan perang sekaligus taman bermain, di mana setiap orang mencoba menorehkan jejaknya, entah itu disengaja atau tidak. Secara tematik, film ini mengangkat isu yang relevan dan sering kali menjadi perbincangan: bagaimana rasanya menjadi sutradara perempuan untuk pertama kalinya, terutama di industri yang masih didominasi laki-laki. Meskipun tidak dijelaskan secara gamblang, film ini secara implisit mengeksplorasi ekspektasi yang berbeda, tantangan yang mungkin lebih besar, dan upaya untuk membuktikan diri. Apakah ada tekanan ekstra untuk sukses? Apakah ide-ide Anda akan diterima dengan cara yang sama? Film ini menggunakan premis "sutradara perempuan pertama kali" sebagai lensa untuk melihat perjuangan artistik, masalah identitas, dan bagaimana suara individu mencoba menemukan ruangnya di tengah keramaian. Ini bukan sekadar film tentang pembuatan film, melainkan refleksi tentang keberanian, kerentanan, dan humor yang bisa ditemukan dalam perjalanan tersebut. Kualitas akting menjadi salah satu pilar utama yang menopang "First Time Female Director". Para pemain utama, yang dikenal dengan gaya komedi mereka yang khas, benar-benar memberikan nyawa pada narasi ini. Blake Anderson membawa energi komedi yang familiar, namun tetap segar. Ia sering kali menjadi pusat gravitasi humor yang konyol dan santai. Anda bisa merasakan ciri khasnya yang karismatik namun sedikit canggung, yang seringkali memicu tawa dari situasi yang paling absurd sekalipun. Kontribusinya terasa esensial dalam menjaga nada komedi film ini tetap ringan dan tidak terlalu memberatkan, bahkan saat berhadapan dengan tekanan-tekanan di lokasi syuting. Ia tahu kapan harus menahan diri dan kapan harus melepaskan totalitas kekonyolannya, menciptakan dinamika yang menyenangkan. Kemudian ada Chelsea Peretti, yang dengan cerdik menyuntikkan brand humornya yang cerdas dan seringkali *deadpan* ke dalam perannya. Ia memiliki kemampuan luar biasa untuk menyampaikan sindiran atau observasi tajam hanya dengan ekspresi wajah atau intonasi suaranya. Peretti menambahkan lapisan kecerdasan dan sedikit sentuhan sinisme yang diperlukan, menyeimbangkan kekonyolan film dengan realisme yang seringkali kocak. Kehadirannya mampu membuat momen-momen yang berpotensi menjadi "canggung" berubah menjadi "jenaka yang cerdas", menunjukkan kemampuannya sebagai aktris komedi yang mumpuni. Terakhir, Kate Berlant adalah sebuah kejutan yang menyenangkan. Ia membawa gaya komedi yang lebih surealis dan unik, yang mungkin tidak biasa bagi sebagian penonton, namun sangat efektif di sini. Berlant memiliki bakat untuk menciptakan karakter yang terasa "keluar dari dunia lain" namun tetap relatable dalam konteks kekacauan film. Ekspresi dan gestur tubuhnya yang tidak terduga seringkali menjadi pemicu tawa yang paling spontan dan tak terduga. Ia menambahkan elemen keanehan yang memperkaya lanskap komedi film, membuatnya semakin menarik dan sulit ditebak. Secara keseluruhan, kontribusi akting dari Blake Anderson, Chelsea Peretti, dan Kate Berlant adalah salah satu aset terbesar film ini. Mereka tidak hanya memerankan karakternya, tetapi juga menanamkan ciri khas komedi mereka sendiri, yang secara kolektif meningkatkan kualitas humor dan kedalaman cerita. Mereka bekerja sama dengan harmonis, menciptakan ansambel yang lucu dan meyakinkan, membuat kita percaya pada dunia kacau yang mereka ciptakan. Tanpa akting kuat mereka, banyak momen humor dan nuansa tematik film ini mungkin tidak akan tersampaikan dengan efektif, membuktikan bahwa komedi seringkali sangat bergantung pada tangan aktor yang tepat. Meskipun film ini memiliki ide yang kuat dan penampilan yang solid dari para pemainnya, kadang-kadang eksekusinya terasa sedikit tidak rata. Beberapa lelucon mungkin hanya akan mengena pada penonton yang akrab dengan nuansa industri film, dan mungkin ada saat-saat di mana alur cerita terasa sedikit tersendat. Namun, terlepas dari ketidaksempurnaan kecil tersebut, "First Time Female Director" tetap menjadi tontonan yang menghibur dan seringkali lucu. Ia berhasil menyoroti tantangan dan absurditas proses kreatif dengan cara yang jujur dan menyenangkan. Bagi penggemar komedi yang menghargai satir cerdas dan akting ansambel yang kuat, film ini menawarkan pandangan yang menyegarkan ke dalam dunia yang tidak selalu glamor di balik layar. Skor akhir: 5.5/10
Sumber film: First Time Female Director (2023)

Duration: 97 min Min

TMDB Rated: N/A / 27

Release Date: 2023-06-12

Countries:

iLK21