Donya, seorang pengungsi Afghanistan yang kesepian dan mantan penerjemah, menghabiskan usia dua puluhannya mengarungi kehidupan yang sederhana di Fremont, California. Berbolak-balik antara pekerjaannya menulis pesan keberuntungan untuk pabrik kue keberuntungan dan sesi dengan terapisnya yang eksentrik, Donya menderita insomnia dan rasa bersalah karena selamat atas mereka yang masih tertinggal di Kabul, sementara dia mati-matian mencari […]
Luxury138Luxury138
Cara Menonton Film Di Situs Kami
  • Klik "SKIP TRAILER" untuk melewati trailer.
  • Klik tombol ▶️ pada player untuk memulai film.
  • Gunakan Server 2 atau 3 jika player lambat.
  • Bookmark situs kami agar mudah diakses kembali.

Nonton Fremont (2023) Sub Indo - iLK21 Ganool

IMDB Rated: 7.0 / 10
Original Title : Fremont
7.0 1005

Donya, seorang pengungsi Afghanistan yang kesepian dan mantan penerjemah, menghabiskan usia dua puluhannya mengarungi kehidupan yang sederhana di Fremont, California. Berbolak-balik antara pekerjaannya menulis pesan keberuntungan untuk pabrik kue keberuntungan dan sesi dengan terapisnya yang eksentrik, Donya menderita insomnia dan rasa bersalah karena selamat atas mereka yang masih tertinggal di Kabul, sementara dia mati-matian mencari cinta.

Ulasan untuk Fremont (2023)

✍️ Ditulis oleh Sinta Maharani

*Fremont* adalah jenis film yang tidak berteriak untuk perhatian Anda, melainkan berbisik, perlahan-lahan menarik Anda masuk ke dalam dunianya yang sunyi dan melankolis. Sejak awal, film ini menempatkan kita di tengah-tengah kehidupan seorang imigran muda asal Afghanistan yang bekerja di pabrik *fortune cookie* di Fremont, California. Ini adalah kisah tentang pencarian koneksi, harapan, dan tempat di dunia yang seringkali terasa asing dan terpisah. Film ini menyuguhkan sebuah pengalaman sinematik yang tenang namun mendalam, membuat saya merenungkan tentang kesepian modern dan pentingnya sentuhan manusia. Salah satu hal yang paling mencolok dari *Fremont* adalah atmosfer visualnya. Dipresentasikan dalam palet monokrom hitam-putih yang memukau, setiap bingkai terasa seperti lukisan. Pilihan artistik ini tidak hanya sekadar estetika, melainkan juga berfungsi untuk menekankan nuansa melankolis dan kesepian yang menyelimuti karakter utama. Kegelapan dan terang dimanfaatkan dengan sangat efektif untuk menciptakan mood yang intens, sekaligus menonjolkan detail-detail kecil yang mungkin terlewatkan dalam warna. Suasana yang diciptakan begitu imersif, seolah-olah kita ikut merasakan dinginnya dinding pabrik dan kesunyian malam di kota. Pacing ceritanya sangat deliberate, bergerak lambat namun pasti, memberikan ruang bagi penonton untuk meresapi setiap momen dan emosi yang disampaikan. Ini adalah film yang menghargai keheningan dan membiarkan gestur kecil berbicara lebih banyak daripada dialog panjang. Tensi cerita dalam *Fremont* tidak dibangun melalui plot twist dramatis atau konflik eksternal yang besar, melainkan melalui pergulatan batin karakternya, kerinduan akan koneksi, dan harapan yang rapuh. Kita merasakan beban yang dipikul oleh karakter utama, seorang wanita yang baru memulai hidup baru di negara asing, jauh dari segalanya yang ia kenal. Kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara keinginan untuk terhubung dan ketidakmampuan untuk melakukannya, menciptakan tensi yang terasa sangat nyata. Setiap interaksi, setiap tatapan, memiliki bobot emosional yang signifikan, membuat penonton terus bertanya-tanya apakah dia akan menemukan apa yang dia cari. Film ini cerdas dalam memanfaatkan narasi yang sederhana untuk mengeksplorasi tema-tema universal seperti imigrasi, kesepian, dan pencarian makna hidup. Pesan-pesan yang terkandung dalam *fortune cookie* yang ia tulis menjadi metafora yang kuat untuk harapan dan keinginan, yang terkadang konyol namun tetap esensial. Kualitas akting para pemain adalah salah satu pilar utama yang menopang kekuatan *Fremont*. Anaita Wali Zada sebagai pemeran utama adalah jantung dari film ini. Ia memerankan sosok yang memikul beban masa lalu dan kerinduan akan masa depan, namun menyampaikannya dengan keheningan yang begitu mendalam. Ekspresi wajahnya yang minim, namun penuh makna, adalah jendela ke dalam jiwanya yang kompleks. Ia tidak banyak bicara, tetapi setiap gerakannya, setiap pandangan matanya, mengungkapkan volume emosi yang luar biasa—dari kesedihan yang mendalam, kesepian yang menghimpit, hingga secercah harapan yang baru muncul. Penampilannya sangat otentik, membuat saya benar-benar percaya pada perjalanannya. Ia berhasil menghadirkan karakter yang rapuh namun juga memiliki kekuatan batin yang luar biasa, memegang kendali atas narasi dengan kehadiran yang memukau. Kemudian ada Gregg Turkington, yang menghadirkan karakter dengan cara yang unik dan tak terduga. Ia berhasil menghadirkan karakter yang secara lahiriah tampak kaku dan canggung, dengan gaya bicara yang monoton dan ekspresi datar. Namun, di baliknya tersimpan lapisan-lapisan kompleks yang perlahan terkuak. Dialognya yang seringkali disampaikan dengan nada netral justru menjadi sumber humor yang unik dan kontras yang menarik terhadap latar belakang emosional karakter utama. Ia membawa semacam absurditas yang membuat film terasa lebih kaya, dan interaksinya dengan pemeran utama seringkali menghasilkan momen-momen yang canggung namun mengharukan, menambah dimensi pada eksplorasi kesepian dan koneksi. Dan terakhir, Jeremy Allen White, meskipun kemunculannya tidak terlalu lama, ia meninggalkan kesan yang sangat kuat. Ia membawa energi yang berbeda, sedikit cerah dan canggung, yang terasa seperti embusan angin segar dalam narasi yang lebih tenang. Karakternya menawarkan interaksi yang unik dan tak terduga, memberikan momen kejutan yang membuat film ini terasa lebih dinamis. Ia berhasil menampilkan karisma yang membumi namun tetap menarik perhatian, menciptakan chemistry yang aneh namun menggemaskan dengan karakter utama. Kehadirannya yang singkat namun berkesan adalah salah satu poin penting dalam alur cerita, memberikan dorongan atau refleksi baru bagi karakter utama. Secara keseluruhan, kualitas akting dari Anaita Wali Zada, Gregg Turkington, dan Jeremy Allen White sangat krusial bagi kesuksesan *Fremont*. Anaita membawa kedalaman emosional dan kerentanan yang membumi, menjadi jangkar narasi. Gregg Turkington memberikan kontras yang jenaka dan sentuhan absurditas yang memperkaya lanskap emosional film. Sementara itu, Jeremy Allen White menghadirkan percikan energi yang penting, membuka pintu bagi kemungkinan baru. Kolaborasi mereka, meskipun dalam intensitas dan durasi yang berbeda, menciptakan ensemble yang kuat dan meyakinkan. Mereka secara kolektif berhasil menyampaikan tema-tema kompleks tentang isolasi, kerinduan, dan koneksi manusia dengan cara yang terasa sangat jujur dan menyentuh, menjadikan *Fremont* sebuah pengalaman yang tak terlupakan. *Fremont* mungkin bukan film yang penuh aksi atau drama bombastis, tetapi ia adalah sebuah permata sinematik yang menghargai keheningan dan kekuatan narasi yang intim. Ini adalah film yang akan beresonansi dengan mereka yang menghargai cerita-cerita tentang pencarian jati diri, mengatasi kesepian, dan menemukan harapan di tempat-tempat yang paling tak terduga. Sebuah tontonan yang reflektif dan menggugah, meninggalkan kesan yang mendalam setelah kredit akhir bergulir. Skor akhir: 6.9/10
Sumber film: Fremont (2023)

Duration: 91 min Min

TMDB Rated: 7.0 / 1005

Release Date: 2023-08-25

Countries:

iLK21