![]() | ![]() |
Cara Menonton Film Di Situs Kami
- Klik "SKIP TRAILER" untuk melewati trailer.
- Klik tombol ▶️ pada player untuk memulai film.
- Gunakan Server 2 atau 3 jika player lambat.
- Bookmark situs kami agar mudah diakses kembali.
Nonton It Felt Like Love (2013) Sub Indo - iLK21 Ganool

14-year-old Lila spends a languid South Brooklyn summer playing third wheel to her promiscuous friend Chiara and Chiara’s boyfriend Patrick. Eager for her own sexual awakening, Lila gamely decides to pursue the older, thuggish Sammy, rumored to sleep with anyone.
Tonton juga film: The Secret Garden (2012) iLK21
Ini juga keren: Nonton The Last Naruto The Movie 2014 - Nonton The Fairy Princess The Unicorn 2019 - Nonton Valimai 2022 - Nonton God 2 0 2023 - Nonton 7 Lives 2011
Ulasan untuk It Felt Like Love (2013)
Ada kalanya sebuah film tidak perlu gembar-gembor dengan plot rumit atau efek visual megah untuk bisa menyentuh hati penonton. Cukup dengan kejujuran dalam penceritaan, observasi yang tajam, dan karakter-karakter yang terasa begitu nyata, sebuah karya bisa menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Inilah yang saya rasakan setelah menyaksikan `It Felt Like Love` (2013), sebuah drama yang disutradarai dengan kepekaan luar biasa oleh Eliza Hittman. Film ini bukan tentang peristiwa besar, melainkan tentang nuansa, perasaan, dan pergolakan batin yang seringkali terlewatkan dalam kehidupan remaja. Berlatar belakang musim panas di Coney Island yang khas, `It Felt Like Love` membawa kita pada sebuah perjalanan intim ke dalam dunia seorang gadis muda yang tengah mencari identitas dan pengakuan. Ia berusaha keras untuk menavigasi labirin persahabatan, daya tarik romantis, dan tekanan sosial yang seringkali membingungkan di masa remaja. Film ini dengan cermat menangkap esensi dari usia transisi tersebut, di mana keinginan untuk dicintai dan diakui seringkali bertabrakan dengan realitas yang keras dan harapan yang belum tentu terpenuhi. Ini adalah potret yang jujur tentang pencarian jati diri, eksplorasi batas-batas pribadi, dan bagaimana lingkungan sekitar membentuk sudut pandang seseorang terhadap cinta dan hubungan. Salah satu hal yang paling menonjol dari film ini adalah atmosfer visualnya yang begitu kuat. Sinematografi yang dipilih terasa mentah dan naturalistik, seolah-olah kamera hanyalah seorang pengamat pasif yang merekam kehidupan sebagaimana adanya. Gambar-gambar Coney Island yang sedikit usang, hiruk pikuk di pantainya, serta momen-momen intim di antara para karakter, semuanya digarap dengan kepekaan yang luar biasa. Visualnya menciptakan suasana yang melankolis namun juga penuh harapan, menangkap kontras antara keindahan musim panas dan kerentanan emosional para karakter. Tensi cerita dibangun bukan melalui konflik dramatis yang eksplosif, melainkan melalui ketegangan psikologis yang halus, bisikan-bisikan keraguan, dan bahasa tubuh yang tak terucap. Setiap tatapan, setiap sentuhan yang ragu, dan setiap kebisuan memiliki bobot emosionalnya sendiri, menarik penonton lebih dalam ke dalam pergolakan batin sang protagonis. Kualitas akting menjadi tulang punggung yang menopang keseluruhan film ini. Para pemainnya tampil dengan begitu meyakinkan, membuat kita percaya bahwa mereka benar-benar menghidupkan karakter-karakter tersebut. Gina Piersanti memberikan penampilan yang sangat memukau dan natural. Ia memerankan karakternya dengan kerentanan yang begitu nyata, menampilkan transisi emosi yang halus dari rasa ingin tahu yang polos, keraguan, hingga keinginan yang membara untuk diterima dan dicintai. Ada momen-momen di mana ia tidak mengucapkan sepatah kata pun, namun ekspresi wajah dan bahasa tubuhnya sudah cukup untuk menyampaikan kompleksitas perasaannya. Ini adalah akting yang sangat subtil namun sangat kuat, berhasil menangkap esensi seorang remaja yang sedang berjuang menemukan tempatnya di dunia. Jesse Cordasco juga memberikan akting yang solid dan sangat penting bagi narasi film. Penampilannya berhasil memproyeksikan aura misterius sekaligus menggoda, yang menjadi daya tarik utama bagi karakter utama. Ia tidak perlu banyak berdialog untuk menunjukkan kepribadian karakternya yang santai dan sedikit acuh tak acuh, namun setiap gerak-gerik dan tatapannya terasa begitu signifikan dalam membentuk dinamika hubungan yang disorot film ini. Ia berhasil menjadi katalisator yang pas bagi perjalanan emosional sang protagonis. Terakhir, Ronen Rubinstein melengkapi trio utama dengan akting yang juga sangat otentik. Ia berhasil memerankan karakternya dengan sentuhan realisme yang diperlukan, memberikan nuansa yang lebih lengkap pada dinamika kelompok remaja. Penampilannya menambahkan lapisan keaslian pada interaksi antar karakter, menunjukkan bagaimana pengaruh teman sebaya dan ekspektasi sosial dapat memengaruhi pilihan dan perilaku seseorang di usia tersebut. Ia mampu menghadirkan karakter yang terasa hidup dan relevan dalam konteks cerita. Secara keseluruhan, kualitas akting dari ketiga pemeran utama ini, bersama dengan seluruh jajaran pemain pendukung, merupakan elemen krusial yang mengangkat `It Felt Like Love` ke level yang lebih tinggi. Keaslian dan naturalisme yang mereka bawakan tidak hanya membuat karakter-karakter terasa nyata, tetapi juga memungkinkan penonton untuk benar-benar merasakan dan memahami dilema serta emosi yang dialami. Tanpa akting yang begitu meyakinkan, pesan dan nuansa film mungkin tidak akan sampai dengan intensitas yang sama. Kontribusi mereka pada kesuksesan film ini sungguh tidak bisa diremehkan; mereka adalah jantung dari cerita yang jujur dan menyentuh ini. Tema besar yang diangkat film ini adalah tentang perjalanan pencarian identitas dan eksplorasi seksualitas di masa remaja, khususnya dari sudut pandang perempuan. Ini bukan tentang romansa yang diidealkan, melainkan tentang sisi yang lebih mentah dan seringkali menyakitkan dari upaya untuk diterima, keinginan untuk menjadi dewasa, dan kerapuhan yang datang bersamaan dengan pengalaman pertama. Film ini dengan berani menyoroti tekanan untuk "menjadi seseorang," godaan untuk mencoba hal-hal baru, dan konsekuensi yang mungkin timbul dari keputusan yang dibuat berdasarkan emosi sesaat. `It Felt Like Love` adalah pengingat bahwa proses menjadi dewasa tidak selalu indah, tetapi penuh dengan percobaan, kesalahan, dan pelajaran yang tak ternilai harganya. Bagi saya, `It Felt Like Love` adalah sebuah karya yang berani dan penting. Film ini tidak menghakimi, melainkan mengamati dengan empati. Ia memberikan pandangan yang jujur dan tanpa filter tentang apa artinya menjadi remaja, merasakan cinta pertama, dan menghadapi kekecewaan yang tak terhindarkan. Ini adalah film yang mungkin tidak akan membuat Anda terpaku di kursi dengan ketegangan plot, tetapi akan meresap ke dalam pikiran dan hati Anda dengan keaslian dan kemanusiaannya. Sebuah potret yang puitis dan pilu tentang musim panas yang penuh pembelajaran. Skor akhir: 6.2 dari 10
Sumber film: It Felt Like Love (2013)