A former couple remembers their most intimate days, only to part once again. A bittersweet love story inspired by a Jim Jarmusch masterpiece, set in times of the COVID-19 pandemic. In a Relationship (2018) iLK21Ini juga keren: Nonton Me You Madness 2021 - Nonton Scrooge A Christmas Carol 2022 - Nonton Sound Of Silence 2023 […]
Luxury138Luxury138
Cara Menonton Film Di Situs Kami
  • Klik "SKIP TRAILER" untuk melewati trailer.
  • Klik tombol ▶️ pada player untuk memulai film.
  • Gunakan Server 2 atau 3 jika player lambat.
  • Bookmark situs kami agar mudah diakses kembali.

Nonton Just Remembering (2021) Sub Indo – IDLIX

IMDB Rated: N/A / 10
Original Title : Just Remembering
N/A 371

A former couple remembers their most intimate days, only to part once again. A bittersweet love story inspired by a Jim Jarmusch masterpiece, set in times of the COVID-19 pandemic.

Ulasan untuk Just Remembering

✍️ Ditulis oleh Raka Pratama

Duh, habis nonton film yang bikin baper setengah mati! Gak cuma baper biasa, tapi kayak diguyur hujan deras di tengah malam, dinginnya sampai ke tulang. Film ini tuh ceritanya tentang mantan pasangan, ya, mantan. Mereka ketemu lagi, dan kayaknya momen itu jadi pemantik untuk mereka mengingat-ingat masa-masa indah, intim, bahkan mungkin yang paling memalukan – tapi semuanya dikemas dengan sangat… *personal*. Aktingnya? Gak perlu diragukan lagi, sih. Dua pemeran utamanya benar-benar berhasil membawakan emosi yang kompleks. Ada momen-momen di mana ekspresi wajah mereka saja udah cukup bercerita panjang lebar. Rasanya kita tuh ikut merasakan setiap pergulatan batin mereka, setiap keraguan, setiap penyesalan, bahkan setiap kilas balik kenangan yang muncul mendadak. Kadang senyum-senyum sendiri, kadang malah ikut nangis sesenggukan. Chemistry mereka berdua juga dapet banget. Terasa banget kalau mereka ini pernah punya ikatan yang kuat, meskipun sekarang udah renggang. Jadi, poin plus banget buat aktingnya. Dari segi visual, film ini juga punya kekuatan tersendiri. Bukan cuma soal gambarnya yang indah, tapi juga pemilihan warna dan suasananya yang benar-benar mendukung alur cerita. Ada adegan-adegan yang dibuat dengan tone gelap dan suram, menggambarkan kegelisahan dan kerumitan hubungan mereka. Ada juga adegan yang terang dan hangat, merepresentasikan kenangan manis masa lalu. Transisi antara kedua suasana ini dibikin halus banget, gak bikin penonton bingung atau merasa terganggu. Sutradara emang jago main cahaya dan warna. Nah, tensi ceritanya? Ini dia yang bikin film ini menarik. Gak ada adegan baku hantam atau kejar-kejaran mobil, tapi justru ketegangannya muncul dari dialog-dialog yang tajam dan penuh makna. Setiap kata yang diucapkan terasa berbobot, dan penonton dibuat terus menerus bertanya-tanya, “Terus gimana nih? Bakal balikan gak ya?” Rasanya deg-degan banget nunggu kelanjutannya. Filmnya juga gak terburu-buru, alurnya pelan-pelan tapi berkesan. Memang perlu kesabaran ekstra untuk menikmati setiap adegannya, karena film ini lebih fokus ke eksplorasi emosi dan introspeksi diri para tokohnya. Tema besarnya sih jelas banget: kenangan, penyesalan, dan pengikisan waktu. Film ini menunjukkan bagaimana kenangan masa lalu, khususnya kenangan intim, bisa mempengaruhi hubungan di masa sekarang. Bagaimana kita berjuang menghadapi kenyataan bahwa hubungan yang pernah begitu kuat bisa berakhir dan meninggalkan luka yang mungkin gak akan pernah benar-benar sembuh. Kita disuguhi gambaran jujur tentang bagaimana hubungan manusia itu rumit, penuh dengan naik turun, dan terkadang, takdir berkata lain. Meskipun jalan cerita tidak terlalu rumit, kedalaman emosinya sungguh mengena. Secara keseluruhan, film ini memberikan pengalaman menonton yang membekas. Bukan cuma sekadar tontonan ringan, tapi juga semacam refleksi diri tentang hubungan, tentang masa lalu, dan tentang bagaimana kita menghadapi kehilangan. Meskipun mungkin beberapa penonton merasa alurnya agak lambat, menurutku itu justru menjadi kekuatan tersendiri. Film ini mengajak kita untuk merenung, untuk merasakan, dan untuk memahami kompleksitas hubungan manusia. Nilai: 7.2/10 Film "Just Remembering" berhasil menciptakan atmosfer yang mencekam dan penuh teka-teki sejak adegan pembuka. Bukan sekadar thriller psikologis biasa, film ini menggali jauh ke dalam kompleksitas ingatan manusia, bagaimana ia bisa di manipulasi, diputarbalikkan, dan bahkan sepenuhnya diciptakan. Kemampuan sutradara untuk membangun ketegangan secara perlahan, tanpa mengandalkan *jump scare* yang murahan, patut diapresiasi. Setiap adegan, setiap dialog, terasa terukur dan bermakna, berkontribusi pada misteri yang semakin membelit penonton. Performa para aktor juga luar biasa. Kemampuan mereka untuk menyampaikan keraguan, ketakutan, dan keputusasaan tokoh-tokohnya sangat meyakinkan. Ekspresi wajah yang penuh arti, tatapan mata yang menyimpan seribu makna, serta intonasi suara yang tepat, semuanya terpadu dengan sempurna untuk menghidupkan karakter yang kompleks dan multi-dimensi. Tidak ada satu pun aktor yang tampil lemah; semuanya memberikan kontribusi yang signifikan pada keseluruhan kualitas film. Hubungan antar karakter, terutama ikatan rumit antara tokoh utama dan sahabatnya, terasa autentik dan menyentuh, melampaui sekadar plot twist yang dirancang untuk mengejutkan. Alur cerita yang non-linear menambah lapisan kompleksitas pada film ini. Beralih bolak-balik antara masa lalu dan masa kini, "Just Remembering" memaksa penonton untuk aktif terlibat dalam memecahkan teka-teki yang tersembunyi di balik fragmen-fragmen ingatan yang terpotong-potong. Teknik penyutradaraan ini, meski berisiko membuat penonton bingung, justru berhasil menciptakan sensasi penasaran yang tertahankan. Kita diajak untuk menjadi detektif amatir, mengumpulkan petunjuk-petunjuk kecil yang tersebar di sepanjang film, dan mencoba menyusun potongan-potongan puzzle untuk memahami kebenaran di balik tragedi yang terjadi. Namun, "Just Remembering" bukanlah film yang mudah dicerna. Film ini membutuhkan ketelitian dan kesabaran dari penontonnya. Ia tidak menawarkan jawaban yang mudah atau solusi yang instan. Justru di situlah letak kekuatannya. Film ini menantang kita untuk berpikir kritis, untuk mempertanyakan apa yang kita lihat dan dengar, dan untuk menyadari betapa rapuhnya ingatan manusia. Ia juga mengupas tema-tema berat seperti trauma masa lalu, penyalahgunaan kepercayaan, dan konsekuensi dari tindakan yang kita ambil. Sinematografi film ini juga patut mendapat pujian. Penggunaan cahaya dan bayangan menciptakan suasana yang gelap dan suram, mencerminkan kondisi psikologis tokoh utama yang sedang berjuang melawan demonya sendiri. Komposisi gambar yang indah dan artistik memperkuat nuansa misteri dan ketegangan yang menyelimuti sepanjang film. Skor musiknya pun sangat efektif dalam membangun suasana, memperkuat emosi, dan memperkuat momen-momen penting dalam cerita. Musiknya tidak sekadar sebagai latar belakang, tetapi menjadi bagian integral dari keseluruhan pengalaman menonton. Secara keseluruhan, "Just Remembering" adalah sebuah mahakarya thriller psikologis yang jarang ditemui. Ia menawarkan pengalaman menonton yang intens, penuh ketegangan, dan menggugah pikiran. Film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak penonton untuk merenungkan tentang kompleksitas ingatan manusia, tentang betapa mudahnya ingatan dapat di manipulasi, dan tentang konsekuensi dari tindakan kita. Meskipun alur ceritanya mungkin terasa lambat bagi beberapa penonton, namun ketelitian dan kedalamannya layak untuk diapresiasi. "Just Remembering" adalah film yang akan terus membekas di pikiran lama setelah kredit akhir muncul, membuat penonton terus memikirkan dan menganalisis setiap detail yang telah mereka saksikan. Sangat direkomendasikan bagi pecinta film thriller psikologis yang menginginkan pengalaman menonton yang bermakna dan menantang. Film ini bukan hanya sekadar hiburan, melainkan sebuah perjalanan ke kedalaman jiwa manusia.
Sumber film: Just Remembering (2021)