![]() | ![]() |
Cara Menonton Film Di Situs Kami
- Klik "SKIP TRAILER" untuk melewati trailer.
- Klik tombol ▶️ pada player untuk memulai film.
- Gunakan Server 2 atau 3 jika player lambat.
- Bookmark situs kami agar mudah diakses kembali.
One Missed Call (2003) (Fantasy) Rating 6.2 – IDLIX

Orang-orang secara misterius mulai menerima pesan suara dari diri mereka sendiri di masa depan, berupa rekaman reaksi mereka terhadap kematian mereka sendiri yang tragis, beserta tanggal dan waktu pasti kematian mereka yang tertera di log pesan. Plot cerita semakin menegang saat para karakter yang masih hidup mencari jawaban atas misteri ini yang berpotensi menyelamatkan hidup mereka.
Tonton juga film: The Banishing (2020) iLK21
Ini juga keren: Nonton Rememory 2017 - Nonton Housefull 3 2016 - Nonton Crocodile Island 2020 - Nonton Dead Zone 2022 - Nonton Dark Night Of The Scarecrow 2 2022
Ulasan untuk One Missed Call (2003)
"One Missed Call (Chakushin Ari)", film horor Jepang rilisan tahun 2003, adalah sebuah permata lain dalam gelombang J-horror yang menginvasi bioskop dunia pada awal milenium. Disutradarai oleh maestro Takashi Miike, film ini berhasil menyajikan pengalaman horor yang berbeda, mengandalkan teror psikologis dan atmosfer mencekam daripada sekadar *jump scare* murahan. Dari awal hingga akhir, film ini menarik penonton ke dalam labirin ketakutan yang dingin dan tanpa ampun, memanfaatkan teknologi sehari-hari kita sebagai wadah bagi teror yang tak terduga. Sejak menit pertama, "One Missed Call" membangun suasana yang suram dan penuh firasat. Visualnya cenderung gelap, dengan palet warna yang dingin dan desaturated, menciptakan kesan dunia yang sudah terasa sedikit "mati" bahkan sebelum horornya benar-benar dimulai. Tata suara adalah bintang utama di sini; dering telepon yang familiar mendadak menjadi melodi paling menakutkan, dan bisikan-bisikan aneh yang terdengar dari ponsel mampu membuat bulu kuduk merinding. Miike tahu betul bagaimana memainkan indra penonton, membuat mereka waspada terhadap setiap bunyi dan bayangan. Tensi cerita dibangun secara perlahan tapi pasti, seperti air yang menetes hingga akhirnya memenuhi wadah dan meluap. Film ini tidak buru-buru mengungkapkan semua kartu, melainkan membiarkan misteri perlahan-lahan menyelimuti karakter dan penonton, menciptakan rasa takut yang terus-menerus menggerogoti. Salah satu kekuatan terbesar film ini terletak pada jajaran pemain utamanya, yang berhasil menghidupkan teror yang tak terlihat ini dengan sangat meyakinkan. Kazue Fukiishi tampil memukau dalam perannya. Meskipun mungkin tidak menjadi pusat cerita secara keseluruhan, kehadirannya di awal film sangat krusial dalam membangun fondasi ketakutan. Ia dengan sangat efektif menggambarkan kepanikan dan keputusasaan seseorang yang berhadapan langsung dengan ancaman tak kasat mata yang sangat pribadi. Ekspresi wajahnya yang dipenuhi ketakutan murni, gerak-geriknya yang gelisah, dan caranya menyampaikan dialog yang dipenuhi kepanikan membuat penonton merasakan horor yang ia alami. Aktingnya berhasil menanamkan benih ketakutan yang esensial, membuat kita percaya bahwa sesuatu yang mengerikan benar-benar sedang terjadi dan bisa menimpa siapa saja. Kemudian ada Ko Shibasaki, yang mengambil peran sentral dalam narasi. Ia harus menanggung sebagian besar beban emosional film ini, dan ia melakukannya dengan luar biasa. Aktingnya adalah inti emosi cerita, membawa kita melalui berbagai tahapan mulai dari skeptisisme awal, kebingungan, hingga akhirnya ketakutan yang mendalam dan determinasi untuk mengungkap misteri di baliknya. Ko Shibasaki memiliki kemampuan untuk menyampaikan kerentanan sekaligus kekuatan internal yang perlahan-lahan muncul. Matanya seringkali menjadi jendela bagi kekalutan batinnya, dan caranya bereaksi terhadap setiap petunjuk atau kejadian mengerikan terasa sangat otentik. Dia tidak hanya berlari dan berteriak; ia menjelajahi lanskap emosional yang kompleks dengan nuansa yang halus, membuat penonton benar-benar peduli dengan nasibnya. Tidak kalah penting, Shinichi Tsutsumi memberikan penampilan yang menyeimbangkan antara skeptisisme dan keprihatinan. Perannya menjadi jangkar bagi cerita yang semakin tak masuk akal. Ia memulai dengan sikap yang lebih rasional dan logis, mencoba mencari penjelasan ilmiah untuk kejadian-kejadian aneh yang terjadi. Namun, seiring berjalannya waktu dan bukti-bukti yang semakin tak terbantahkan, kita melihat pergeseran yang halus namun signifikan dalam karakternya. Tsutsumi berhasil menggambarkan perubahan ini dengan sangat baik, dari seorang yang skeptis menjadi seseorang yang terpaksa menghadapi realitas mengerikan yang melampaui pemahaman logikanya. Kehadirannya memberikan kredibilitas pada cerita dan membantu penonton untuk mengikuti perjalanan karakter utama dalam menghadapi ancaman yang tak terbayangkan. Secara keseluruhan, kontribusi akting mereka sangat besar bagi kesuksesan film. Masing-masing aktor membawa kualitas unik yang saling melengkapi. Kazue Fukiishi menetapkan tolok ukur ketakutan awal, Ko Shibasaki membawa kita melalui perjalanan emosional yang intens, dan Shinichi Tsutsumi memberikan perspektif yang membumi namun tetap terpengaruh oleh kengerian yang berkembang. Tanpa penampilan yang meyakinkan dari ketiganya, "One Missed Call" mungkin akan terasa datar dan kurang menggigit. Mereka berhasil membuat karakter-karakter ini terasa nyata dan rentan, sehingga ketika ancaman horor datang, dampaknya terasa jauh lebih besar dan mengerikan bagi penonton. Film ini membahas tema-tema besar yang relevan dengan perkembangan teknologi dan trauma masa lalu. Ide bahwa sesuatu yang begitu personal dan akrab seperti telepon seluler bisa menjadi saluran bagi kutukan mengerikan adalah konsep yang sangat cerdas. Ini mengeksplorasi ketakutan kita terhadap teknologi yang mungkin memiliki sisi gelap, serta gagasan bahwa jejak-jejak masa lalu yang kelam bisa terus menghantui dan mencari keadilan, bahkan dari alam kubur. Ini bukan sekadar film hantu biasa; ini adalah renungan tentang bagaimana trauma dapat meresap ke dalam kain realitas dan memanifestasikan dirinya melalui cara-cara yang tak terduga, menyoroti siklus kekerasan dan kepedihan yang tak terselesaikan. "One Missed Call" mungkin tidak sepopuler beberapa film J-horror lainnya, tetapi ia menawarkan pengalaman horor yang solid dan menghantui. Ini adalah film yang menguji saraf Anda dengan ketegangan yang dibangun perlahan dan meninggalkan kesan yang membekas lama setelah layar gelap. Jika Anda mencari film horor yang lebih mengutamakan suasana, psikologi, dan cerita yang cerdas daripada sekadar kejutan visual, "One Missed Call" layak untuk masuk daftar tontonan Anda. Skor akhir: 6.8/10
Sumber film: One Missed Call (2003)
Genre:Fantasy, Horror, Mystery
Actors:Kazue Fukiishi, Ko Shibasaki, Shinichi Tsutsumi
Directors:Takashi Miike