![]() | ![]() |
Cara Menonton Film Di Situs Kami
- Klik "SKIP TRAILER" untuk melewati trailer.
- Klik tombol ▶️ pada player untuk memulai film.
- Gunakan Server 2 atau 3 jika player lambat.
- Bookmark situs kami agar mudah diakses kembali.
Nonton State of Consciousness (2022) Sub Indo - iLK21 Ganool

Mimpi buruk dan kenyataan menjadi kabur bagi Stephen ketika ia dipaksa minum obat untuk gangguan psikologis yang tidak dimilikinya. Untuk mendapatkan kembali kewarasan dan kembali ke kehidupan normalnya, ia berusaha melarikan diri dari institusi tempat ia dikurung.
Tonton juga film: Der Samurai (2014) iLK21
Ini juga keren: Nonton Bioskop Befikre 2016 2017 - Nonton Blue Is The Warmest Color 2013 - Nonton Romy And Micheles High School Reunion 1997 - Nonton Alienoid 2022 - Nonton The Dirty Picture 2011
Ulasan untuk State of Consciousness (2022)
## Mengarungi Samudra Pikiran: Ulasan Film 'State of Consciousness' (2022) Ada film-film yang sekadar menghibur, dan ada pula yang menantang kita untuk berpikir, merenung, bahkan mempertanyakan apa yang selama ini kita yakini. *State of Consciousness* (2022) adalah salah satu yang terakhir. Judulnya saja sudah mengisyaratkan sebuah perjalanan ke kedalaman psikologis, dan film ini berhasil mengantarkan penonton pada eksplorasi yang membingungkan namun memikat tentang realitas, memori, dan esensi kesadaran itu sendiri. Ini bukan tontonan yang ringan, tapi justru di situlah letak kekuatannya sebagai sebuah thriller psikologis. Sejak awal, film ini berhasil menarik perhatian dengan premisnya yang misterius. Kita dibawa masuk ke dalam sebuah narasi di mana batas antara kenyataan dan ilusi mulai kabur. Tanpa memberikan detail yang spesifik agar pengalaman menonton tetap utuh, *State of Consciousness* berkisah tentang seseorang yang mendapati dirinya terjebak dalam lingkaran kebingungan, di mana ingatan dan persepsi terus-menerus diuji. Ini adalah pertarungan mental yang intens, tidak hanya bagi karakter di layar, tapi juga bagi kita sebagai penonton yang dipaksa untuk terus menyusun kepingan-kepingan informasi, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi. Apakah ini adalah kebenaran yang tersembunyi, ataukah hanya fatamorgana yang sengaja diciptakan? Pertanyaan itulah yang menjadi inti dari daya tarik film ini. Dari segi visual, film ini patut diacungi jempol. Suasana yang dibangun terasa pekat, bahkan mencekam. Palet warna yang seringkali didominasi oleh nuansa gelap, kelabu, dan dingin, secara efektif menciptakan atmosfer paranoia dan ketidakpastian. Penggunaan *mise-en-scène* yang cermat, mulai dari pencahayaan yang dramatis hingga desain lokasi yang minimalis namun sarat makna, semua bekerja sama untuk memperkuat nuansa psikologis yang ingin disampaikan. Visual tidak hanya sekadar estetika, melainkan menjadi bagian integral dari penceritaan, membimbing penonton masuk ke dalam labirin pikiran karakter utama. Setiap sudut pandang kamera seolah ikut mempermainkan persepsi kita, membuat kita ikut merasa tersesat dalam kompleksitas yang dihadirkan. Tensi cerita sendiri dibangun dengan sangat sabar dan metodis. Film ini tidak terburu-buru dalam mengungkapkan misterinya, melainkan memilih untuk meneteskan petunjuk sedikit demi sedikit, membangun ketegangan yang perlahan tapi pasti. Ada momen-momen sunyi yang justru terasa lebih mencekam daripada ledakan aksi. Musik latar dan desain suara juga berperan besar dalam menciptakan rasa tidak nyaman yang konstan. Detak jantung yang samar, bisikan-bisikan, atau keheningan yang tiba-tiba, semuanya berkontribusi pada pengalaman yang membuat penonton duduk di ujung kursi, bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya. *State of Consciousness* tidak mengandalkan *jump scares* murahan, melainkan lebih pada horor psikologis yang merayapi pikiran, meninggalkan kesan yang bertahan lama. Sekarang, mari kita bicara tentang penampilan para pemeran utama, karena mereka adalah jantung dari cerita yang menguras emosi ini. Emile Hirsch membawakan perannya dengan intensitas yang luar biasa. Ia berhasil menampilkan kerentanan sekaligus kegigihan karakter yang terjebak dalam krisis eksistensial. Ekspresi wajahnya seringkali menggambarkan kekacauan batin yang begitu mendalam, membuat penonton dapat merasakan langsung kebingungan, frustrasi, dan ketakutan yang dialaminya. Hirsch punya kemampuan untuk menyampaikan banyak hal hanya melalui sorot matanya yang seringkali tampak kosong namun penuh pertanyaan. Performa-nya adalah jangkar emosional film ini, menjaga kita tetap terhubung dengan penderitaan dan pencarian kebenaran karakternya. Kesia Elwin juga memberikan penampilan yang sangat meyakinkan. Ia mampu menampilkan sosok yang misterius sekaligus penuh empati, memberikan lapisan kedalaman yang penting bagi narasi. Ada aura kekuatan tersembunyi di balik ketenangan yang ia tampilkan, dan interaksinya dengan pemeran lain terasa sangat organik. Elwin berhasil menyeimbangkan antara menjadi pemicu pertanyaan dan menawarkan semacam harapan atau petunjuk, membuat perannya menjadi salah satu yang paling menarik untuk diikuti. Sementara itu, Tatjana Nardone menghadirkan karakter yang tak kalah penting dengan keberadaan yang kuat. Ia mampu memancarkan otoritas dan ambiguitas yang krusial untuk plot. Penampilannya berhasil membuat penonton bertanya-tanya tentang motif dan niat karakternya. Nardone punya cara untuk menyampaikan pesan yang kuat tanpa banyak dialog, melalui bahasa tubuh dan tatapan yang penuh makna. Ia adalah salah satu kepingan puzzle yang membuat keseluruhan cerita semakin kompleks dan menarik. Secara keseluruhan, kualitas akting dari ketiga pemain utama ini benar-benar berkontribusi besar pada kesuksesan *State of Consciousness*. Mereka tidak hanya sekadar memerankan karakter, melainkan *menjadi* karakter tersebut, dengan segala kompleksitas dan beban emosionalnya. Performa mereka yang kuat dan saling melengkapi, berhasil menghidupkan narasi yang sudah rumit ini, membuatnya terasa lebih otentik dan berdampak. Tanpa akting yang meyakinkan ini, tema-tema berat yang diangkat film mungkin tidak akan sampai dengan kekuatan yang sama kepada penonton. Tema besar yang diangkat oleh *State of Consciousness* sangatlah relevan dengan judulnya: hakikat kesadaran itu sendiri. Film ini menggali pertanyaan-pertanyaan filosofis yang mendalam: Apa itu realitas? Apakah ingatan kita bisa dipercaya? Seberapa besar kontrol yang kita miliki atas pikiran kita sendiri? Apakah ada entitas yang bisa memanipulasi persepsi kita? Film ini berhasil mendorong penonton untuk mempertanyakan batas-batas antara apa yang nyata dan apa yang hanyalah ilusi. Ia mengajak kita untuk melihat bagaimana trauma, manipulasi, atau bahkan pencarian akan kebenaran dapat mengubah cara kita melihat dunia dan diri kita sendiri. Ini adalah eksplorasi yang berani tentang kerapuhan pikiran manusia dan seberapa mudahnya persepsi kita dapat dibengkokkan. *State of Consciousness* mungkin bukan film untuk semua orang. Bagi mereka yang mencari hiburan ringan, mungkin akan merasa sedikit kewalahan dengan kompleksitas dan intensitas psikologisnya. Namun, bagi penggemar thriller yang cerdas dan menyukai cerita yang menantang akal budi, film ini adalah tontonan yang sangat direkomendasikan. Ia meninggalkan kesan yang mendalam, memaksa kita untuk memikirkan kembali apa yang kita anggap sebagai 'kebenaran' dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah pengalaman sinematik yang memancing diskusi dan renungan panjang setelah layar hitam. Nilai: 6.7/10
Sumber film: State of Consciousness (2022)