Film ini terdiri dari tiga segmen, yang masing-masing berdasarkan cerita pendek yang berbeda. Segmen pertama, “Lot #249”, disutradarai oleh Harrison dan ditulis oleh Stephen King. Segmen ini bercerita tentang seorang pria yang membeli sebuah lemari misterius di lelang, dan kemudian menemukan bahwa lemari tersebut berisi roh jahat. Segmen kedua, “The Cat from Hell”, disutradarai oleh […]
Luxury138Luxury138
Cara Menonton Film Di Situs Kami
  • Klik "SKIP TRAILER" untuk melewati trailer.
  • Klik tombol ▶️ pada player untuk memulai film.
  • Gunakan Server 2 atau 3 jika player lambat.
  • Bookmark situs kami agar mudah diakses kembali.

Nonton Tales from the Darkside: The Movie (1990) Sub Indo - iLK21 Ganool

IMDB Rated: 6.2 / 10
Original Title : Tales from the Darkside: The Movie
6.2 18747

Film ini terdiri dari tiga segmen, yang masing-masing berdasarkan cerita pendek yang berbeda. Segmen pertama, “Lot #249”, disutradarai oleh Harrison dan ditulis oleh Stephen King. Segmen ini bercerita tentang seorang pria yang membeli sebuah lemari misterius di lelang, dan kemudian menemukan bahwa lemari tersebut berisi roh jahat.

Segmen kedua, “The Cat from Hell”, disutradarai oleh Tom Savini dan ditulis oleh Fred Dekker. Segmen ini bercerita tentang seorang wanita yang mengadopsi seekor kucing dari neraka, dan kemudian menyadari bahwa kucing tersebut adalah iblis.

Segmen ketiga, “Yuki-Onna”, disutradarai oleh David Cronenberg dan ditulis oleh Clive Barker. Segmen ini bercerita tentang seorang pria yang menikahi hantu wanita salju Jepang.

Ulasan untuk Tales from the Darkside: The Movie (1990)

✍️ Ditulis oleh Rizky Aditya

Menjelajah Kegelapan: Ulasan Film ‘Tales from the Darkside: The Movie (1990)’ Sebagai penggemar film horor antologi, saya selalu punya tempat spesial untuk ‘Tales from the Darkside: The Movie’. Film ini, bagi saya, adalah pengingat manis akan masa keemasan horor klasik yang disajikan dalam format cerita pendek. Dirilis pada tahun 1990, film ini berhasil menangkap esensi gelap, misterius, dan kadang kala satir dari serial TV pendahulunya, menyajikannya dalam kemasan sinematik yang lebih ambisius. Menontonnya lagi baru-baru ini, saya merasa terlempar kembali ke era di mana cerita horor dibangun perlahan, mengandalkan suasana dan premis yang cerdas, ketimbang melulu adegan kejut yang berlebihan. Film ini membuka dengan premis yang sangat menarik dan efektif sebagai bingkai cerita utama: seorang anak laki-laki yang diculik oleh seorang penyihir berencana untuk disantap. Untuk mengulur waktu dan menyelamatkan diri, ia mulai bercerita tiga kisah mengerikan yang, entah bagaimana, berhasil menarik perhatian penyihir itu. Konsep bingkai cerita seperti ini adalah salah satu daya tarik utama film antologi, dan ‘Tales from the Darkside’ melakukannya dengan sangat baik. Suasana visual yang disajikan sejak awal sudah kuat. Ada nuansa gotik yang kental di rumah penyihir, dengan pencahayaan remang-remang dan properti yang mendukung nuansa seram sekaligus fantasi. Penggunaan efek praktis yang masih menjadi andalan di era itu juga menambah nilai artistik, membuat setiap monster atau kejadian supernatural terasa lebih nyata dan memiliki bobot. Tensi cerita dibangun secara bertahap, tidak hanya dalam setiap segmen horor yang diceritakan, tetapi juga dalam bingkai cerita utama yang terus menggantung nasib si anak. Ini adalah sebuah perjalanan yang cukup gelap namun memikat, di mana setiap cerita menawarkan sentuhan horor yang berbeda, menjaga penonton tetap di ujung kursi. Mari kita bicara tentang para pemain utamanya, yang menurut saya adalah salah satu kunci keberhasilan film ini, terutama dalam bingkai cerita yang menjadi penopang seluruh narasi. Debbie Harry tampil sangat memukau sebagai sosok penyihir yang mengancam. Sulit untuk tidak terkesan dengan caranya membawa karakter ini. Ia tidak hanya mengerikan, tetapi juga memiliki karisma yang unik dan sentuhan eksentrik. Ada keanggunan aneh dalam kekejamannya, dan ia mampu beralih antara ancaman yang dingin dan rasa ingin tahu yang lebih ringan saat mendengarkan cerita. Debbie Harry benar-benar menciptakan karakter yang ikonik, sebuah perpaduan sempurna antara kejahatan yang menakutkan dan daya tarik yang sulit ditolak. Gestur, ekspresi wajah, dan intonasinya memberikan kedalaman yang luar biasa pada penyihir tersebut, membuatnya lebih dari sekadar antagonis klise. Ia adalah pusat gravitasi dari bingkai cerita, dan saya rasa tidak ada aktris lain yang bisa membawakannya dengan nuansa yang sama. Kemudian ada Matthew Lawrence, yang memerankan anak laki-laki di pusat bingkai cerita. Sebagai seorang aktor cilik, penampilannya sangat meyakinkan dan penting untuk keberhasilan emosional film ini. Ia berhasil menunjukkan kerentanan seorang anak yang dalam bahaya besar, namun di sisi lain juga cerdik dan berani. Ketakutannya terasa sangat nyata, membuat penonton bersimpati dan berharap ia bisa menemukan jalan keluar. Namun, yang paling menonjol adalah bagaimana ia menunjukkan kecerdasan dan kemampuan beradaptasi di bawah tekanan. Peran ini membutuhkan kemampuan untuk menyeimbangkan ketakutan dengan kepintaran, dan Matthew Lawrence melakukannya dengan sangat baik, membangun fondasi emosional yang kuat untuk seluruh film. Kehadirannya yang polos namun penuh akal membuat taruhan di cerita utama terasa jauh lebih besar. Terakhir, ada penampilan David Forrester, yang tampil dalam salah satu segmen horor di dalam film. Meskipun perannya berbeda dari dua aktor di atas yang menjadi poros utama, kontribusinya sangat berarti dalam salah satu kisah. Ia berhasil menghadirkan karakter yang terperangkap dalam situasi yang mengerikan, dengan kebingungan dan keputusasaan yang terasa nyata. Aktingnya membantu menegaskan atmosfer gelap dan takdir yang tak terhindarkan dalam ceritanya. David Forrester mampu menyampaikan kompleksitas emosi yang dibutuhkan karakternya, mulai dari keputusasaan hingga semacam penerimaan yang menyeramkan terhadap nasibnya. Ia berhasil membuat penonton merasa gelisah dan merenungkan konsekuensi dari pilihan-pilihan yang dibuat karakternya. Secara keseluruhan, kualitas akting dari ketiga pemain utama ini, terutama Debbie Harry dan Matthew Lawrence di segmen bingkai, sangat berkontribusi pada kesuksesan film. Debbie Harry memberikan ancaman yang karismatik, Matthew Lawrence memberikan hati dan kepintaran, sementara David Forrester memberikan kedalaman pada salah satu cerita individu. Mereka saling melengkapi dan memastikan bahwa baik narasi utama maupun segmen-segmen di dalamnya memiliki bobot emosional dan ketegangan yang diperlukan untuk genre horor antologi ini. Tanpa penampilan yang kuat dari mereka, film ini mungkin tidak akan meninggalkan kesan mendalam seperti yang dilakukannya. ‘Tales from the Darkside: The Movie’ mengeksplorasi beberapa tema besar yang relevan dengan genre horor dan fantasi gelap. Salah satu tema paling menonjol adalah konsekuensi dari keinginan yang gelap dan tak terkendali. Setiap cerita di film ini pada dasarnya adalah peringatan moral, di mana karakter dihadapkan pada pilihan atau situasi yang mendorong mereka ke ambang batas etika, dan mereka harus menghadapi akibat mengerikan dari tindakan atau ketamakan mereka. Ini bisa berupa keinginan akan kekayaan, pembalasan dendam, atau bahkan sekadar kepuasan sesaat yang berujung pada malapetaka. Film ini juga membahas batas antara realitas dan fantasi, seringkali mengaburkan keduanya hingga penonton tidak yakin apa yang nyata dan apa yang hanya ada di dalam pikiran karakter atau dunia supernatural. Selain itu, ada tema kekuatan cerita itu sendiri; bagaimana narasi bisa menyelamatkan, menghibur, atau bahkan mengutuk. Bingkai cerita utama adalah bukti paling nyata dari hal ini, di mana cerita menjadi senjata dan tameng. Meskipun film ini memiliki beberapa elemen horor yang menakutkan dan efek visual yang terkadang *gore*, ia tidak terlalu mengandalkan *jump scares*. Sebaliknya, ia membangun kengerian melalui suasana, narasi yang cerdas, dan pengembangan karakter yang mampu menarik empati atau ketidaknyamanan. Setiap segmen memiliki identitasnya sendiri, mulai dari yang lebih satir hingga yang benar-benar menghantui, menjaga alur cerita tetap segar dan tidak monoton. Pacing-nya cukup stabil, memungkinkan setiap cerita untuk bernapas dan mengembangkan premisnya tanpa terburu-buru. Bagi saya, ‘Tales from the Darkside: The Movie’ adalah sebuah permata dalam genre horor antologi. Ini adalah film yang menghormati tradisi horor klasik sambil menawarkan sentuhan modern di zamannya. Visualnya yang khas, cerita-cerita yang beragam, dan penampilan akting yang solid menjadikannya pengalaman menonton yang memuaskan bagi siapa pun yang menghargai horor dengan substansi. Film ini berhasil menunjukkan bahwa di balik setiap keinginan tersembunyi, di setiap sudut gelap, selalu ada cerita yang menanti untuk diceritakan, dan seringkali, cerita itu tidak akan berakhir bahagia. Ini adalah tontonan yang akan membuat Anda berpikir dua kali tentang apa yang Anda inginkan dan apa yang Anda takuti. Nilai: 7.2/10
Sumber film: Tales from the Darkside: The Movie (1990)

Duration: 93 min Min

TMDB Rated: 6.2 / 18747

Release Date: 1990-05-03

Countries:

iLK21