Hubungan cinta remaja antara Rose dan Bennett bagaikan kisah melodi indah, sampai kecelakaan mobil yang kejam merenggut nyawa Bennett. Kepergian Bennett meninggalkan nestapa tak terkira bagi keluarganya – ibu, ayah, dan adik laki-laki. Di pihak lain, Rose ditinggalkan dalam kesendirian. Tanpa dukungan keluarga, Rose menghadapi realitas tak terduga – dia hamil. Tak ada pelukan hangat […]
Luxury138Luxury138
Cara Menonton Film Di Situs Kami
  • Klik "SKIP TRAILER" untuk melewati trailer.
  • Klik tombol ▶️ pada player untuk memulai film.
  • Gunakan Server 2 atau 3 jika player lambat.
  • Bookmark situs kami agar mudah diakses kembali.

Watch The Greatest (2009) Film Drama 2025 Rating 6.6 – IDLIX

IMDB Rated: 6.6 / 10
Original Title : The Greatest
6.6 9350

Hubungan cinta remaja antara Rose dan Bennett bagaikan kisah melodi indah, sampai kecelakaan mobil yang kejam merenggut nyawa Bennett. Kepergian Bennett meninggalkan nestapa tak terkira bagi keluarganya – ibu, ayah, dan adik laki-laki. Di pihak lain, Rose ditinggalkan dalam kesendirian.

Tanpa dukungan keluarga, Rose menghadapi realitas tak terduga – dia hamil. Tak ada pelukan hangat orangtua atau bahu saudara untuk bersandar. Dalam ketidakberdayaan, ia melangkahkan kaki ke rumah keluarga Brewer, rumah yang menyimpan duka serupa. Rose tak hanya membutuhkan bantuan, tapi kehadirannya, meski tak disadari, perlahan menjadi balsam penyembuh bagi keluarga Bennett yang terpukul.

Ulasan untuk The Greatest (2009)

✍️ Ditulis oleh Melati Anindya

### Ulasan Film: The Greatest (2009) – Sebuah Elegi tentang Duka dan Harapan Ada film-film yang datang bukan untuk menghibur dengan ledakan atau plot twist yang mengejutkan, melainkan untuk menyentuh relung hati paling dalam, mengajak kita merenungi kompleksitas emosi manusia. *The Greatest* (2009) adalah salah satu dari film-film tersebut. Ini adalah sebuah drama intim yang menyelami kedalaman duka, bagaimana sebuah keluarga terfragmentasi oleh kehilangan yang mendadak, dan upaya mereka yang tak mudah untuk kembali menemukan pijakan. Saya pribadi merasakan bahwa film ini adalah sebuah permata tersembunyi yang menawarkan eksplorasi yang jujur dan menyakitkan tentang proses berduka. Film ini membuka cerita dengan sebuah tragedi yang tak terduga: kematian seorang anak muda yang dicintai. Kepergiannya secara mendadak meninggalkan lubang besar di hati kedua orang tuanya dan saudara laki-lakinya, masing-masing dengan cara mereka sendiri yang unik dan seringkali destruktif untuk mengatasi rasa sakit. Dalam kekacauan emosional itu, muncullah seorang wanita muda yang membawa sebuah pengakuan mengejutkan, yang mau tidak mau memaksa keluarga ini untuk menghadapi masa lalu, masa kini, dan potensi masa depan mereka dalam cara yang tak pernah mereka bayangkan. Ini bukan hanya tentang duka atas yang pergi, tetapi juga tentang duka atas kehidupan yang tidak akan pernah sama lagi, dan pergulatan untuk mencari makna baru di tengah kehampaan. Secara visual, *The Greatest* didominasi oleh palet warna yang cenderung kalem dan atmosfer yang melankolis. Sinematografinya mampu menangkap esensi kesedihan dan isolasi yang dirasakan oleh setiap karakter. Banyak adegan yang minim dialog, namun dipenuhi dengan ekspresi visual yang sarat makna, mulai dari tatapan mata yang kosong hingga gestur tubuh yang penuh keengganan. Lingkungan rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung, terasa seperti labirin emosional di mana setiap anggota keluarga berjalan sendiri-sendiri, terperangkap dalam duka mereka. Suasana ini benar-benar terasa mencekik namun pada saat yang sama, memberikan ruang bagi kita untuk merasakan beratnya beban yang mereka pikul. Ketegangan cerita di sini bukan berasal dari konflik eksternal yang besar, melainkan dari konflik batin yang bergejolak dan interaksi canggung antar anggota keluarga yang berusaha saling memahami namun seringkali gagal. Ada semacam ketegangan yang dibangun dari keheningan, dari kata-kata yang tak terucapkan, dan dari ketidakpastian akan langkah selanjutnya. Kualitas akting adalah tulang punggung film ini, dan saya harus mengatakan bahwa para pemain utamanya memberikan performa yang luar biasa dan sangat menyentuh. Pertama, Carey Mulligan. Aktingnya di film ini sangat menawan dan menunjukkan kedalaman emosional yang luar biasa. Ia memerankan sosok yang tiba-tiba masuk ke dalam kehidupan keluarga yang sedang berduka, membawa beban rahasia dan harapan. Mulligan berhasil menyampaikan kerentanan karakternya, sekaligus kekuatan yang diam-diam bersemayam dalam dirinya. Ada ketenangan dalam penampilannya, namun setiap tatapan matanya, setiap gestur kecilnya, terasa penuh makna dan konflik batin. Ia mampu membuat kita bersimpati pada posisi sulitnya, sebagai orang luar yang mencoba terhubung dengan keluarga yang hancur. Ini adalah akting yang sangat subtil namun sangat powerful. Kemudian, Pierce Brosnan. Jauh dari perannya yang glamor dan penuh aksi, di film ini Brosnan menyajikan sisi yang lebih rentan dan patah hati. Ia memerankan seorang ayah yang harus menanggung duka mendalam atas kehilangan anaknya, sekaligus mencoba menjadi tiang bagi keluarganya yang lain. Brosnan berhasil menampilkan seorang pria yang mencoba kuat di luar, namun di dalam hatinya ia remuk redam. Ada kepedihan yang jelas terpancar dari wajahnya, kelelahan emosional yang nyata. Ia tidak banyak berbicara, namun keheningan dan ekspresinya sudah mampu menceritakan seluruh beban yang ia pikul. Ini adalah salah satu penampilan dramatisnya yang paling kuat menurut saya. Terakhir, Susan Sarandon. Perannya sebagai seorang ibu yang kehilangan anaknya adalah inti emosional dari film ini. Sarandon menunjukkan gambaran seorang ibu yang hancur, yang terjebak dalam duka dan mungkin menyalahkan diri sendiri. Aktingnya sangat mentah, otentik, dan tak kenal kompromi. Ia mampu menyampaikan kemarahan, kepedihan, penolakan, dan juga secercah harapan yang muncul perlahan. Ada momen-momen di mana ia meledak dalam emosi, namun ada juga momen-momen keheningan yang lebih menghancurkan. Sarandon adalah kekuatan pendorong emosional yang membuat kita merasakan setiap tetes air matanya dan setiap desah napas beratnya. Secara keseluruhan, kontribusi akting mereka bertiga sangat vital bagi kesuksesan film ini. Mereka tidak hanya memerankan karakter, tetapi benar-benar menghidupkan kompleksitas emosi yang terkait dengan duka dan proses penyembuhan. Chemistry yang dibangun antar mereka, meskipun seringkali tegang dan penuh luka, terasa sangat nyata dan otentik. Mereka saling melengkapi dalam menyajikan sebuah potret keluarga yang berjuang, membuat kita sebagai penonton benar-benar percaya pada kisah yang mereka sajikan dan ikut merasakan perjalanan emosional mereka. Tema besar yang diangkat oleh *The Greatest* sangat universal dan relevan: bagaimana seseorang dan sebuah keluarga menghadapi kehilangan yang tak terduga. Film ini mengeksplorasi berbagai bentuk duka – penolakan, kemarahan, kesepian, hingga akhirnya penerimaan. Ini bukan hanya tentang kematian, tetapi juga tentang kehidupan yang terus berjalan, tentang menemukan kekuatan untuk bergerak maju bahkan ketika dunia terasa runtuh. Film ini berbicara tentang pentingnya komunikasi, pemahaman, dan bagaimana terkadang, hubungan tak terduga bisa menjadi katalisator bagi proses penyembuhan. *The Greatest* mungkin bukan film yang mudah ditonton, karena topiknya yang berat dan penyampaiannya yang intens secara emosional. Namun, bagi saya, ini adalah sebuah karya sinematik yang kuat dan sangat menyentuh. Film ini tidak menawarkan jawaban yang mudah atau resolusi yang instan, melainkan sebuah perjalanan yang jujur dan seringkali menyakitkan menuju penerimaan dan harapan. Ini adalah film yang akan bertahan di benak Anda lama setelah selesai menonton, mengingatkan kita akan kerapuhan hidup dan ketangguhan semangat manusia. Skor akhir: 6.4/10
Sumber film: The Greatest (2009)

Duration: 99 min Min

TMDB Rated: 6.6 / 9350

Release Date: 2009-02-07

Countries: