The Male Gaze: Celluloid Dreams adalah sebuah koleksi film antologi yang menghadirkan tujuh film pendek langka yang telah didigitalisasi ulang dari arsip internasional. Film ini mengajak penonton untuk melakukan perjalanan sinematik yang melintasi waktu, dari tahun 1985 hingga masa kini, untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman dan narasi kaum gay dari masa lalu. Judul “The Male Gaze” […]
Luxury138Luxury138
Cara Menonton Film Di Situs Kami
  • Klik "SKIP TRAILER" untuk melewati trailer.
  • Klik tombol ▶️ pada player untuk memulai film.
  • Gunakan Server 2 atau 3 jika player lambat.
  • Bookmark situs kami agar mudah diakses kembali.

Nonton The Male Gaze: Celluloid Dreams (2021) Sub Indo - iLK21 Ganool

IMDB Rated: N/A / 10
Original Title : The Male Gaze: Celluloid Dreams
N/A 23

The Male Gaze: Celluloid Dreams adalah sebuah koleksi film antologi yang menghadirkan tujuh film pendek langka yang telah didigitalisasi ulang dari arsip internasional. Film ini mengajak penonton untuk melakukan perjalanan sinematik yang melintasi waktu, dari tahun 1985 hingga masa kini, untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman dan narasi kaum gay dari masa lalu. Judul “The Male Gaze” sendiri merujuk pada sudut pandang maskulin yang jarang terekspos secara mendalam, terutama dalam representasi hubungan gay di era yang berbeda.

Setiap film pendek dalam koleksi ini menawarkan pandangan yang unik dan intim tentang cinta, kehilangan, penemuan diri, dan identitas di tengah masyarakat yang terus berubah. Berikut adalah ringkasan dari ketujuh film tersebut:

  • Just Out of Reach (1998): Film ini menceritakan kisah tentang daya tarik dan kerinduan. Dua pria, yang terperangkap dalam situasi yang sulit, menemukan hubungan yang singkat namun intens, yang diwarnai oleh emosi terlarang dan jarak yang memisahkan mereka. Film ini dengan indah menangkap momen-momen intim dan kerentanan manusia.
  • Toto Forever (2010): Berlatar di Brasil, film ini mengisahkan tentang perjalanan seorang remaja gay dalam menerima jati dirinya. Ini adalah sebuah cerita yang mengharukan tentang persahabatan, cinta pertama, dan keberanian untuk menjadi diri sendiri di tengah tekanan sosial.
  • Men Don’t Cry [Οι άντρες δεν κλαίνε] (2001): Dari Yunani, film ini menyentuh isu-isu maskulinitas dan emosi yang tertekan. Judulnya yang berarti “Pria Tidak Menangis” secara langsung menyinggung stereotip gender yang menghalangi pria untuk mengekspresikan kerentanan. Film ini menghadirkan kisah seorang pria yang berjuang dengan perasaannya, menyoroti perjuangan internal yang sering kali tidak terlihat.
  • Alger la blanche (1986): Sebuah permata sinematik dari era 80-an, film ini membawa kita ke Aljazair. Film ini menawarkan pandangan langka tentang kehidupan gay di sebuah budaya yang sangat tertutup, di mana identitas tersembunyi di balik fasad sosial. Film ini adalah studi karakter yang mendalam tentang kerahasiaan dan keinginan.
  • Unconfessions [Inconfissões] (2018): Dengan gaya yang lebih eksperimental, film ini adalah sebuah refleksi tentang memori, penyesalan, dan kebenaran yang tidak terucapkan. Film ini mengajak penonton untuk merenung tentang hubungan masa lalu dan konsekuensinya, menggunakan narasi yang puitis dan visual yang kuat.
  • Same Difference (2002): Menggali kompleksitas hubungan, film ini mengeksplorasi tema persamaan dan perbedaan dalam sebuah hubungan gay. Film ini mempertanyakan apakah cinta sejati dapat mengatasi perbedaan yang mendalam di antara dua individu.
  • Boychick (2001): Berlatar di New York, film ini adalah kisah datangnya kedewasaan (coming-of-age) yang intim. Film ini menangkap momen-momen transisi dari masa remaja ke awal dewasa, dengan segala kebingungan, penemuan diri, dan tantangan yang menyertainya.

Secara keseluruhan, The Male Gaze: Celluloid Dreams adalah sebuah karya yang penting dan berharga. Koleksi ini tidak hanya melestarikan film-film yang mungkin terlupakan, tetapi juga memberikan perspektif sejarah tentang evolusi representasi gay di layar lebar. Setiap film adalah jendela waktu yang membuka wawasan tentang pengalaman-pengalaman yang universal—cinta, kerinduan, dan perjuangan untuk menjadi diri sendiri—yang diceritakan dari sudut pandang yang autentik dan kuat.

Ulasan untuk The Male Gaze: Celluloid Dreams

✍️ Ditulis oleh Ayu Kartika

Dokumenter ini menawarkan perspektif menarik tentang bagaimana citra perempuan dibentuk dan dipersepsikan dalam film. Lewat cuplikan-cuplikan film klasik dan wawancara yang insightful, kita diajak merenungkan bagaimana pandangan tertentu telah mempengaruhi cara kita melihat dan menginterpretasikan karakter perempuan di layar. Filmnya cukup menghibur sekaligus menantang, membuka diskusi yang penting tentang representasi dan dampaknya pada budaya populer. Meskipun ada beberapa bagian yang agak akademis, keseluruhannya film ini memberikan wawasan yang berharga dan mudah dicerna.
Sumber film: The Male Gaze: Celluloid Dreams (2021)

iLK21