![]() | ![]() |
Cara Menonton Film Di Situs Kami
- Klik "SKIP TRAILER" untuk melewati trailer.
- Klik tombol ▶️ pada player untuk memulai film.
- Gunakan Server 2 atau 3 jika player lambat.
- Bookmark situs kami agar mudah diakses kembali.
Nonton The Palace (2023) Sub Indo - iLK21 Ganool

Film ini menceritakan tentang berbagai karakter menarik yang berkumpul di hotel Alpen yang megah untuk merayakan malam pergantian milenium. Ada pasangan kaya yang sedang mengalami masalah rumah tangga, pengusaha ambisius yang mencari cinta, pelayan dengan mimpi besar, dan chef bersahaja yang menyimpan rahasia.
Dengan latar belakang ketakutan akan bug Y2K dan harapan akan masa depan yang baru, kekonyolan pun terjadi. Para karakter saling berinteraksi, bentrok, dan bekerja sama, menciptakan momen-momen lucu dan mengharukan.
Tonton juga film: The Change-Up (2011) iLK21
Ini juga keren: Nonton Miracles Heaven 2016 - Nonton Departure 2015 - Nonton The Moderator 2022 - Nonton Nightbird 2023 - Nonton One Day As A Lion 2023
Ulasan untuk The Palace (2023)
Membincangkan sebuah karya dari sutradara sekelas Roman Polanski selalu memicu ekspektasi dan rasa penasaran tersendiri. Begitu pula dengan "The Palace" (2023), sebuah film yang membawa kita menyelami malam pergantian tahun 1999 di sebuah hotel mewah di Pegunungan Alpen Swiss. Ini bukan sekadar perayaan akhir milenium, melainkan sebuah panggung absurditas di mana kemewahan bertemu dengan kegilaan manusia, menciptakan pengalaman sinematik yang unik dan terkadang menggelitik. Dari segi visual, "The Palace" langsung memukau dengan penggambarannya akan kemewahan yang berlebihan dan detail yang sangat spesifik untuk era akhir 90-an. Hotel itu sendiri seolah menjadi karakter utama yang bernafas, dengan arsitektur klasik yang megah, dekorasi Natal yang berlebihan, dan pantulan lampu kristal yang memanjakan mata. Setiap sudut ruangan, mulai dari lobi yang luas hingga suite-suite pribadi yang mewah, dirancang untuk menunjukkan sebuah dunia di mana uang bukan lagi masalah, melainkan alat untuk memuaskan setiap keinginan aneh. Suasana visual ini sukses menciptakan kontras yang tajam antara keindahan fisik dan kekosongan moral yang mungkin tersembunyi di baliknya, sebuah ironi yang seringkali menjadi benang merah dalam narasi film. Penonton diajak untuk terbuai dalam glamor, tetapi juga diajak untuk melihat lebih dekat pada kekonyolan yang terjadi di balik tirai satin. Tensi cerita dalam film ini terbangun secara perlahan namun pasti, mirip seperti sebuah pesta mewah yang dimulai dengan anggun dan perlahan berubah menjadi kekacauan yang tak terduga. Ini bukan tensi yang mendebarkan ala *thriller*, melainkan tensi komedi satir yang didorong oleh akumulasi situasi canggung, karakter yang eksentrik, dan harapan yang terus meleset. Ada rasa urgensi yang samar karena hitungan mundur menuju tahun 2000, yang bagi sebagian orang adalah titik balik krusial, bagi yang lain hanyalah alasan untuk berpesta lebih gila lagi. Polanski dengan cekatan merangkai berbagai plot kecil yang saling tumpang tindih, menciptakan sebuah mosaik kejadian yang semakin lama semakin absurd. Hasilnya adalah sebuah ritme cerita yang terus mengalir, sesekali meledak dalam tawa renyah, sesekali membuat kita mengernyitkan dahi. Kualitas akting para pemain utama menjadi salah satu pilar penopang utama film ini. Mereka berhasil menghidupkan karakter-karakter yang, di tangan aktor lain, mungkin akan terasa datar atau terlalu karikatural. Pertama, Fanny Ardant. Kehadirannya di layar selalu memancarkan aura keanggunan dan misteri. Dalam "The Palace", ia membawa karakter yang diperankannya ke tingkat yang lebih tinggi dengan sentuhan glamor yang rapuh. Ada semacam kelelahan yang elegan dalam sorot matanya, namun pada saat yang sama, ia mampu menyampaikan ketegasan dan kepahitan yang tersembunyi. Aktingnya terasa sangat natural, tidak berlebihan, bahkan ketika situasi di sekitarnya semakin kacau. Ia menjadi jangkar emosional di tengah badai absurditas, menunjukkan bahwa bahkan di antara para elit yang paling aneh, ada lapisan kemanusiaan yang lebih dalam, meski terkadang terbungkus dalam ironi. Kemudian, ada legenda hidup, John Cleese. Tidak ada yang bisa menandingi kemampuannya dalam menyampaikan komedi satir dengan gaya yang begitu khas. Di film ini, ia menampilkan performa yang sangat pas dengan karakternya yang aristokratik namun kikuk. Waktu komedinya, *delivery* dialognya yang seringkali *deadpan*, dan ekspresi wajahnya yang tak ternilai, semuanya bekerja secara harmonis untuk menciptakan momen-momen tawa yang renyah. Ia berhasil menangkap esensi kekakuan dan keangkuhan yang seringkali melekat pada kelas sosial tertentu, sekaligus mengekspos absurditas di balik façade tersebut. Kontribusinya dalam membangun elemen komedi fisik dan verbal sangat terasa, dan ia melakukannya dengan gayanya yang sudah sangat kita kenal dan cintai. Terakhir, Oliver Masucci. Aktor ini menunjukkan rentang akting yang luar biasa di "The Palace". Ia berhasil menjadi pusat gravitasi di tengah badai karakter-karakter eksentrik. Karakternya membutuhkan keseimbangan antara ketegasan profesionalisme dan keputusasaan menghadapi kekacauan yang tak terkendali. Masucci berhasil menyampaikan kedua aspek ini dengan sangat meyakinkan. Ekspresi lelahnya, usahanya yang tanpa henti untuk menjaga ketertiban, dan reaksi-reaksinya terhadap setiap kejadian aneh, semua terasa autentik. Ia adalah cerminan kita sebagai penonton yang menyaksikan kegilaan tersebut, sekaligus menjadi motor penggerak bagi banyak kejadian. Aktingnya menyeimbangkan *over-the-top* dari karakter lain, memberikan pijakan yang relatif realistis. Secara keseluruhan, kontribusi akting mereka sangat krusial bagi kesuksesan "The Palace". Fanny Ardant memberikan sentuhan kemanusiaan yang berkelas, John Cleese menyuntikkan dosis komedi satir yang tak tertandingi, dan Oliver Masucci menjadi jantung narasi yang menghadapi kekacauan tersebut. Bersama-sama, mereka membentuk ensemble yang dinamis dan mampu mengangkat material cerita menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar kumpulan lelucon. Mereka saling melengkapi, menciptakan dinamika yang menarik dan membuat setiap interaksi terasa hidup, membantu penonton untuk membeli premis absurd film ini dan menyelami dunia yang ditampilkan Polanski. Tema besar yang diusung "The Palace" sangat relevan dengan premisnya: kritik terhadap gaya hidup kaum elit yang berlebihan, absurditas yang muncul dari privilese yang tak terbatas, dan kegilaan kolektif di ambang milenium baru. Film ini secara satir menyoroti bagaimana kekayaan dan status seringkali tidak berkorelasi dengan kebijaksanaan atau moralitas. Sebaliknya, ia justru bisa menjadi pupuk bagi kesombongan, kebodohan, dan kecerobohan. "The Palace" adalah cermin bagi masyarakat yang terobsesi pada kemewahan dan kesenangan sesaat, di mana masalah-masalah sepele diperbesar dan isu-isu fundamental terabaikan. Polanski dengan cerdik mengemas kritik sosial ini dalam balutan komedi, membuat kita tertawa pada karakter-karakter ini, namun pada saat yang sama, juga merenungkan apa yang sedang ia sampaikan tentang kita semua. Meskipun film ini terasa seperti perayaan akhir era dan awal yang baru, Polanski tidak tertarik pada romansa atau nostalgia. Ia lebih memilih untuk membongkar dan mengolok-olok. "The Palace" mungkin tidak untuk semua orang, terutama bagi mereka yang mencari narasi yang lebih konvensional atau komedi yang lebih lugas. Namun, bagi penggemar Polanski atau mereka yang menikmati satire cerdas yang berani, film ini menawarkan pandangan yang menarik dan cukup berani. Skor akhir: 5.7/10
Sumber film: The Palace (2023)
Duration: 100 min Min
TMDB Rated: 5.4 / 1240
Release Date: 2023-09-28
Countries:France, Italy, Poland, Switzerland